Sri Wulan Hidayati[1]
Hari mulai berganti, cahaya
kegelapan mulai pudar. Sang mentari telah menyongsong dengan gagah. Udara pagi terasa sejuk, sangat tepat
ditemani secangkir teh hangat. Semangat dan selamat pagi pemuda penggerak masa
depan. Di tangan kitalah, arah dan tujuan bangsa kita kendalikan. Jadilah Nahkoda
dengan gagah dan berani melawan kerasnya ombak di lautan. Salam hangat dari
anak perantauan.
Mimpi dan Target Hidup
Kondisi
ekonomi keluarga yang pas-pasan ditambah dengan hutang keluarga saat itu, tidak
lantas menyurutkan semangat saya untuk kuliah di akhir kelulusan bangku Sekolah
Menengah Atas. Terkadang bujukan orang tua untuk menunda kuliah membuatku
bimbang tapi satu hal yang membuatku yakin bisa kuliah yaitu mimpi yang harus
terwujud. Saya memberanikan diri untuk kembali meminta izin melanjutkan kuliah.
Meskipun satu-satunya harapan dan andalan untuk mewujudkan impian tersebut
yaitu harus dapat beasiswa. Setelah mendapatkan izin, saya berusaha sekuat
tenaga belajar soal SBMPTN. Puji syukur perjuangan saya untuk kuliah gratis tidak
sia-sia. Setelah tertolak lewat jalur SNMPTN, pada Juni 2014 Saya lolos SBMPTN Program
Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya Malang.
Keterbatasan telah
mengantarkan saya untuk menjadi pribadi yang kuat, mandiri dan selalu berusaha
untuk menggapai mimpi dan target dalam hidup. Saat ini, Saya tercatat sebagai
penerima beasiswa Bidikmisi dan Beastudi Etos Angkatan 2014 di Universitas
Brawijaya Malang. Tugas yang diberikan pertama kali untuk Etoser[2]
Malang 2014 yaitu membuat Life Mapping
jangka waktu 25 tahun dengan 100 mimpi/
target hidup. Benar apa yang dikatakan oleh Pak Danang A. Prabowo Si Pembuat
Jejak, “Tuliskanlah
mimpi-mimpi Anda secara nyata! Jangan hanya diingat Anda pasti akan lupa. Tuliskan
100 target Anda di atas kertas. Hingga suatu hari nanti yang Anda lihat dari
100 target itu hanyalah coretan.”
[1] Penulis merupakan mahasiswa aktif program studi Teknologi Hasil
Perikanan Angkatan 2014, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang. Penulis Berasal dari Pati, Jawa Tengah. Penulis pernah
mengikuti 2nd Korea Creative
Invention Contest, CIC 2015 yang diselenggarakan oleh KINEWS di Seoul, Korea
pada saat umur 19 tahun.
2 Sebutan Penerima Manfaat Beastudi Etos Indonesia
Saya yakin, kalau pak Danang
bisa, pasti saya juga bisa. Saya mencoba mengadopsi apa yang telah dilakukan
oleh Pak Danang. Membuat life mapping
dan menulis 100 mimpi di kertas HVS lalu saya tempelkan di dinding kamar.
Kadang saya baca ditengah kesibukan aktivitas kampus.
Tugas Pembinaan selanjutnya untuk
penerima manfaat Beastudi Etos Malang angkatan 2014, yaitu membuat Passport di Kantor Imigrasi Malang.
Program ini adalah bentuk support
Etos kepada penerima beasiswa dimana diharapkan Etoser tidak hanya berprestasi
di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Biaya yang dibutuhkan senilai
Rp 350.000,- (dibayarkan oleh lembaga ETOS) dan syarat-syarat yang perlu
dilengkapai antara lain fotocopy Kartu
Keluarga (KK), Akta Kelahiran, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan mengisi fomulir pendaftaran. Pembuatan dimulai pukul 06.00
WIB dan selesai pukul 11.00 WIB tergantung dengan nomor antrian. Selanjutnya 3
hari setelah pembayaran di Bank BNI, passport
bisa diambil di kantor imigrasi.
Saya
teringat sebuah cerita inspirasi dari dosen Aquaculture
Bu Qurrota Ayuni. Beliau melanjutkan S2 di Thailand bersama beberapa dosen lainnya.
Beliau menceritakan berbagai pengalaman di luar negeri. Saat itulah, pikiranku
semakin terbuka. Pandanganku tentang perikanan salah, perikanan itu luas tidak
hanya ikan mujair, nila, gabus, dan lele. Perikanan meliputi ikan di darat,
laut dan payau, kerang-kerangan, udang, kepiting dan tanaman laut lainnya yang
ada di wilayah perairan. Yang selanjutnya akan diolah oleh Program Studi
Teknologi Hasil Perikanan untuk dijadikan sebagai bahan pakan, pangan,
obat-obatan maupun kosmetika.
Bu
Yuni menyuruh kami untuk membuat passport
karena itu akan menumbuhkan semangat Mahasiswa agar mempunyai keinginan pergi
ke luar negeri entah untuk lomba, exchange,
conference, liburan, melanjutkan
studi, kerja dan bahkan haji. Selanjutnya passport
itu Anda pajang di bagian yang sering Anda singgahi dalam kamar, contoh depan
meja belajar atau di samping cermin. Kemudian tulislah kalimat “Someday, I must use this passport go to
abroad for hajj, study, exchange or holiday” di secarik kertas lalu tempelkan
di bawah atau di samping passport.
Korea
Creative Invention Contest (CIC)
Kesempatan itu datang saat kaka
tingkat Etoser Malang bernama Mas Oky Kimia FMIPA UB Angkatan 2013 dan Mas Pry
MSP FPIK UB Angkatan 2012 mengajak saya untuk mengikuti suatu event bernama
Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 yang diselenggarakan oleh KINEWS di
Seoul, Korea Selatan.
Sejak bulan Februari, Saya dan
Mas Oky sudah mulai mempersiapakan semuanya mulai dari mengisi dan mengirim Application Entry Form,
membuat proposal pengajuan dana ke Fakultas, Rektorat, dan Etos, serta membayar
biaya registrasi senilai Rp. 3.375.000,- yang ditransfer ke rekening INNOPA
(Indonesian Invention And Innovation Promotion Association). Saya mendapatkan tugas
untuk membuat proposal pengajuan dana, registrasi dan pengiriman Application Entry Form diurus oleh Mas
Oky sedangkan Mas Pry ada kegiatan Magang di Surabaya.
Pendaftaran
Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 dimulai dari tanggal 1 Februari
sampai dengan 30 Juni 2015. Pada saat pengumuman inovasi lolos, hal yang perlu
dipersiapkan selain membayar uang registrasi adalah menyiapkan passport, visa korea, surat keterangan
aktif kuliah, tiket pesawat pulang pergi Jakarta-Korea, fotokopi KK, KTP, KTM,
Surat Invitation CIC 2015 dan biaya
hidup selama kurang lebih seminggu.
Dua
hari sebelum terbang ke Negeri Gingseng, saya sudah di Jakarta menginap di
rumah Lek Subi adik kandung Bapak. 9 Agustus 2015, Saya diantar Om Nur suami
Lek Subi ke Stasiun Pasar Senin untuk menemui Kakak tingkat saya dari
Universitas Brawijaya (UB) Malang. Sebelumnya saya berpamitan dengan Lek Subi
dan sepupu-sepupu saya. Saya dan kaka tingkat dari UB berangkat ke Bandara
Soekarno Hatta naik taxi.
40
menit berlalu Kami memasuki area Bandara Soekarno Hatta Terminal 3. Setelah itu
Kami menuju tempat Checkin untuk menukarkan tiket booking dengan boarding pass.
Kami melanjutkan ke lantai 2 Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 untuk menuju
ruang tunggu. Perjalanan kami masih panjang, 4 jam lagi pesawat kami baru take
off. Saat Mbak Ica menanyaiku untuk tempat tinggal, Aku baru ingat kalau
ternyata Aku belum memikirkan tempat tinggal saat di Seoul nanti. Payah.
Padahal itu kan hal yang paling penting.
Kami
menggunakan layanan aplikasi Booking.com untuk memesan Goest House secara cepat. Tak semudah yang Aku pikirkan, ternyata
harus ada jaminan nomor VISA. Mbak Vela
kemudian memberikan nomor visa dosennya kepadaku. Harga sewa penginapan per dua
hari senilai 28.000 won. Sekali pencet OK, layanan sudah berakhir tinggal
menunggu konfirmasi email dari goest
house-nya.
Saya,
Mbak Vela, Mbak Ica, Mbak Putri dan Mbak Noviana berkeliling di terminal 3,
karena waktu take off yang masih lama. Seperti anak muda yang lainnya, nggak
afdol kalau belum selfie dan grufie. Ketika boarding untuk
keberangkatan Korea sudah dibuka, kami langsung menuju ke ruang tunggu dalam.
Sebelum masuk ruang tunggu dalam kami dicheck
keamanan lagi. Setelah itu visa kami distampel oleh petugas. Selanjutnya boarding pass kami di sobek tinggal
sebagian darinya di serahkan kepada kami yang berisi nomor tempat duduk, nomor
penerbangan, waktu boarding dan nomor
gate. Lalu Kami diantar sampai tempat
pesawat menggunakan bus bandara.
Amazing day,
Wulan!! ini bukan mimpi, ini pesawat beneran. Sulit diekspresikan, rasanya
pengin nangis nggak percaya kalau akhirnya seorang wulan anak petani bisa naik
pesawat juga. Saya dan yang lainnya tak mau kehilangan moment, Kami berfoto sebentar
di depan pesawat. Lalu Saya naik tangga bagian belakang dekat dengan ekornya,
Mbak vela, Mbak Ica, Mbak Putri dan Mbak Noviana mengikuti. Tempat duduk Kami
sangat berjauhan. Saya dapat tempat dudukku didekat jendela jadi bisa melihat
ke arah luar.
Ketika
pesawat mulai jalan ada perasaan senang dan takut. Senang akhirnya saya bisa
terbang meskipun tak memiliki sayap, takut karena saat pesawat jalan seperti naik motor dijalan
yang bergelombang dan terjal. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, pesawat akan
take off tak lupa Saya berdoa pada Allah SWT. Agar perjalanan Saya lancar dan
selamat sampai tujuan.
Pada
saat take off sulit dijelaskan rasanya karena kemiringan
hampir 45 derajat. Hati Saya mulai dag
dig dug. Jelas, ini pengalaman pertama naik pesawat. Pramugari segera
memberitahukan kepada penumpang saat pesawat lepas dari take off. Pemandangan dari atas sangat luar biasa. Allah
menampakkan kekuasaan-Nya. Indah, terlihat perpaduan cahaya lampu yang saling
menyatu.
3
jam berlalu, akhirnya Saya sampai di Bandara Kuala Lumpur. Saya dan teman-teman
dari Brawijaya segera menuju tempat ketibaan. Saat melihat jam, ternyata sudah
menunjukkan pukul 1 kurang 15 menit pagi wilayah Malaysia. Tidak ada waktu
istirahat Saya segera check in,
setelah dapat boarding pass, Saya menuju
tempat cek keamaanan. Saya berangkat sendiri ke Korea karena kaka tingkat saya transitnya
lama sekitar 9 jam.
Pada
saat cek keamaanan, ada sedikit masalah. Tiba-tiba monitor petugas berbunyi. Benar, ada masalah dengan tas Saya.
Petugas menyuruh saya untuk membuka tas. Semua barang telah Saya keluarkan lalu
petugas itu berkata menggunakan bahasa Melayu intinya Saya tidak boleh membawa
barang cair seperti Shampoo dan Sabun Cair. Setelah itu saya kaget ketika
petugas bertanya apakah saya membawa benda tajam atau tidak. Ternyata di dalam
kotak pensil saya ada charter. Entah petugasnya
kurang teliti atau tidak tahu, ada parfum yang masih tersimpan rapi sehingga
tidak diambil. Bisa dibayangkan ketika sabun dan shampoo disita dan masih
tersisa parfum. You know lah apa yang
akan Saya lakukan pada saat di Korea nanti.
Saya mencari flight number dan gate number
pesawat yang saya tumpangi. Lalu Saya segera menuju gatenya, ada kendaraan unik yang menghampiri kemudian supirnya menyuruh
Saya naik dan diantarkan menuju pintu gate
Q. Supirnya menjelaskan kalau Saya harus turun satu lantai lagi, belok
kanan, lalu jalan lurus. Saya segera masuk lift
setelah mengucapkan thank you. Kurang
lima menit lagi. Saya berlari menuju tempat boarding
pass. Setelah boarding pass saya
di sobek sebagian, Saya langsung masuk lorong menuju pintu pesawat.
Pramugari melihat boarding passku lalu mengarahkan ke tempat dudukku. Tiba-tiba
pesawat bergeronjal, jalannya tak mulus. Pramugari menginformasikan jika cuaca
buruk. Rata-rata penumpang memanjatkan doa. Akupun begitu, berharap Allah
melancarkan perjalananku ini. Pramugari menganjurkan untuk menutup semua
jendela. Satu jam kemudian, pesawat sudah kembali normal. Pramugari membagikan Arrival
Card dan Traveler Declaration Form yang menggunakan bahasa korea dan Inggris.
Aku jawab semampuku.
Saat melihat keluar jendela, lagi
dan lagi Aku disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa perpaduan lampu yang
indah dan menenangkan. Setelah puas, Aku memutuskan untuk tidur. 8 jam lagi
baru sampai di Korea.
Esok harinya sekitar pukul 6 pagi
Aku mulai bangun, Cahaya mentari sangat indah. Merah berpadu dengan orange. Tak
lupa mengucapkan Alhamdulillah telah diberikan kesempatan oleh Allah untuk
menikmati keindahan ciptaanya dari ketinggian beberapa ribu kaki. Berbagai
pulau dan lautan terlihat indah. Ada juga kapal veri yang sedang melintas.
Entahlah Aku nggak tahu berada di atas negara mana. 8.20 tepat pesawat mendarat
ke Incheon International Airport. Aku menuju ketempat kedatangan penumpang.
WAW. Besar banget. Terlihat dari lantai atas supir mobil bandara yang berada di
sebelah kiri, ya lagi dan lagi berbeda dengan Indonesia. Tempat yang Aku kunjungi
pertama setelah di bandara Incheon adalah Toilet. Aku kemudian cuci muka dan
gosok gigi.
Tak lupa aku mengeluarkan HP untuk
mengabadikan setiap momen di bandara. Mulai memfoto pesawat yang masih diam,
take off dan landing serta memoto tulisan yang ada salam-salamnya buat
teman-teman di Indonesia. Perutku lapar, sangat lapar. Untung masih ada nasi
dan bistik telur dari Bu Lekku, akhirnya Aku menemukan tempat yang nyaman untuk
makan sebentar. Toleh kanan dan kiri tak ada penjual atau toko satupun. Tapi
kok petugas bandara membawa makanan dan minuman. Masih clingak-clinguk cari
toko. Ternyata zonk tak ada sama sekali.
Sekitar 8 jam aku dibandara, lapar
dan haus. Ah. Aku cari kesana kemari ternyata tidak ada toko satupun. Kemudian
aku bertanya kepada salah satu pegawai bandara dengan menggunakan bahasa
inggris. Kemudian dia menjelaskan bahwa Aku harus turun ke lantai bawah, keluar
bandara dan menunggu di tempat kedatangan. Tapi ketika melihat dilantai bawah
seperti orang yang akan transit, aku masih menunggu ditempat yang sama. Lalu
untuk kedua kalinya bapak itu menyuruhku untuk turun jika ingin bertemu dengan
temanku. Akhirnya Aku memutuskan untuk turun lalu mengambil traveler
declaration form, ternyata ada yang menggunakan bahasa Indonesia. Aku segera mengisinya
dan memberikan kepada petugas. Aku mengikuti salah satu tourist keluar dari
bandara, benar kata bapak tadi disini banyak orang yang sedang menunggu
keluarganya atau kerabat dekatnya. Ada yang ditulis di sebuah lembar kertas,
ada yang berteriak memanggil nama sesorang ada juga yang diam duduk dengan
santai. Aku memilih untuk duduk, tiba-tiba mbak vela memanggil namaku. Dia
menghampiriku, lalu memelukku mungkin khawatirdengan keadaanku karena jarak
kita lumayan lama sekitar 8 jam.
Aku sangat lapar, untung saja Mbak
novi membawa kurma. Setelah itu kita menuju Seven Eleven untuk membeli T-Money
dan mengisinya karna saat naik bus atau Airport Railroad membutuhkan T-Money.
Harganya 5000 won, kemudian aku mengisinya 5000 won juga. Ukurannya sebesar
kartu ATM kita. Setelah itu kami menuju Airport Railroad untuk menuju tempat
penginapan. Untung ada tempat informasi yang melayani tourist asing. Setelah
bertanya dan diberikan bekal peta Seoul, Korea kami segera bergegas
meninggalkan bandara. Iya ini seperti yang ada di drama Korea, untuk pertama
kalinya Aku menaiki kereta cepat bawah tanah di negara maju negara gingseng
ini.
Iyap, saat kereta mulai datang semua
penumpang mengantri berbeda jauh dengan Indonesia. Bangkunya penuh semua Aku,
Mbak Ica dan mbak Putri berdiri. Tak lupa kita menyempatkan diri untuk
mengabadikan setiap moment. Diatas pintu Airport Railroad terdapat tanda merah
kita telah melewati kota mana dan sampai
dimana, jadi penumpang dapat berjaga-jaga ketika jarak yang ditempung tinggal
satu atau beberapa kota lagi.
Chungmoro
Satu
hal yang masih belum aku sadari yaitu masyarakat Korea yang berjalan di
seberang kanan sedangkan masyarakat Indonesia berjalan di sebelah kiri. Dalam
satu station ada tempat keluar banyak yang menuju ke berbagai tempat. Saat itu
Aku tak berpikir akan keluar di daerah mana. Alhamdulilah pas mengikuti kata
hati yaitu nomor 3 tepat di depan pintu keluar ada tulisan nama kota Chungmoro
dan ada bendera korea selatan. Jam menunjukkan pukul 19:46 tapi langit masih
cerah.
Aku
berjalan sesukaku mencari seseorag untuk bertanya alamat tempat tinggalku.
Akhirnya Aku memberanikan diri, bertanya kepada Adjusi dengan menggunakan
bahasa inggris. Namun ternyata Beliau tak mengerti. Lalu aku menunjukkan Alamat
rumah yang telah aku tulis di bukuku. Beliau lalu mengeluarkan handphonenya dan
mengetikkan nomor telepon yang ada di tulisanku. Rupanya Beliau mengerti
maksudku. Beliau lalu mengisyaratkan untuk mengikutinya, dia tak melepas
telephon genggamnya masih berbicara dengan seseorang. Lalu sekitar 5 menit
kemudian, kita sampai disebuah goesthouse. Benar Neighbours nama tempat
tinggalku. Dia tersenyum masih melanjutkan kakinya menaiki tangga satu persatu,
membuka pintu dan berpicara dengan seseorang kemudia oppa atau seorang laki-laki keluar kemudian mempersilahkan Aku
masuk. Tak lupa Aku mengucapkan terimakasih kepada Adjusi, Aku tak pernah kenal
dengannya dan sebaliknya namun Beliau sangat baik. Semoga senantiasa diberikan
kelancaran dalam menjalankan aktivitasnya.
Oppa
mengecek daftar booking tempat, ada namaku disana kemudian di tersenyum. Aku
membalas dengan bahasa inggris, dia mendengarkan dengan seksama. Aku membayar
goesthouse sesuai harga yang ada di Booking.com yaitu 28.000 won untuk 2 hari
penginapan. Oppa kemudian menunjukkan kamarku. Lalu dia kembali menjalankan
aktivitasnya. Sepi, ada 6 dipan bertingkat, koper yang lebih besar dari punyaku
di rumah dan selimut yang masih berantakan. Tapi tidak ada siapapun. Tak lama
kemuadian sang empunya datang. Dia tersenyum dan mulai merapikan barangnya.
Setelah itu kita berkenalan. Ternyata dia dari Cina.
11 Agustus 2015
Teman
sekamarku dia menghapiriku setelah dari luar, kemudian menjelaskan tempat dan
bus yang harus aku tumpangi ketika ingin ke Chung Mu Art Hall. Tanpa sadar Aku
tetap menganggukkan kepala dan di masih menjelaskan dengan rinci. Dia memang
tak lancar berbahasa inggris sehingga dia menjelaskan dengan menggunakan google
translate sehingga cukup lama. Setelah Aku mengerti, kemudian dia izin pergi
karena akan pergi ke tempat temannya.
Bus
Warna biru 643 seperti yang dijelaskan oleh temenku lewat, berhenti pada
halte-halte tertentu yang ada tulisannya 643. Karena sudah terlewat cukup jauh,
kemudian Aku mengejar cukup jauh dengan berjalan kaki. Entah berapa kilo jalan yang telah Aku lalui, lumayanlah sambil
menikmati Seoul. Kemudian Aku bertanya ke salah seorang penjual buah disuruh
naik bus warna hijau 1200. Akhirnya Aku naik Bus tersebut. Ternyata lewat di
seberang jalan tempat tinggalku. Saat diperjalanan Aku melihat 4 cewek berjilbab
sedang bertanya kepada seseorang, Aku langsung sadar itu pasti temen-temenku
dari UB. Kemudian pada saat mendeteksikan T-Money ke monitor kecil sopirnya
belum berhenti-berhenti. Ada seorang Ibu-ibudan bapak-bapak yang membantuku
untuk memencet tombol merah atau emergency. Setelah itu dia tersenyum dan bus
berhenti, Aku balas senyum kepadanya dan mengucapkan terimakasih. Sungguh
pertolongan Allah sangat dekat dengan hambanya.
Aku
mencari zebra cross kemudiab berjalan ke arah temanku tadi, tapi dia sudah tak
ada. Kemudian aku bertanya kepada seorang pegawai toko lalu dia menunjukkan
arah. Meskipun begitu aku mengerti maksudnya. Aku terus berjalan dan bertanya
kepada sesorang sampai akhirnya ada ibu-ibu dan anaknya yang menuju tempat yang
sama yaitu Chung Mu Art hall. Dia mengintruksikan untuk mengikutinya.
Sampai
di depan Chung Mu Art Hall ada adjusi yang sudah menyambut ramah dan
menggerakkan tangannya untuk menunjukkan arah. Setelah sampai di depan pintu
tempat Ceremony Award beberapa penerima tamu yang Aku prediksi adalah usia SMA
memberikan sebuah kartu nama dan daftar urut penerimaan pengahargaan di
selembar kertasputih kecil. Disana ada namaku, namnya mas pri dan mas oky.
Sambil
menunggu acaranya di mulai, tak lupa kami mengabadikan setiap moment. Ketua INNOPA
pak Andy juga menghadiri acra tersebut. Pak Andy lulusan dari Kedokteran
Universitas Brawijaya. Ada juga Mbak-mbak S2 dari UM yang menghadiri acara
tersebut. Tak lama kemudian Monsuk Chang
datang memberi Gimpap dan air mineral. Monsuk Chang adalah ketua panitia
CIC,2015. Gimpap adalah makanan seperti Sushi. Sebelum kami memaknnya Pak Andi
memastikan apakah makanan ini mengandung babi atau tidak. Setelah aman dan pak
Andy mengacungkan jempolnya. Kami menyerbu makanan tersebut.
Satu
persatu penghargaan mulai diberikan kepada peserta mulai dari bronze, silver,
gold medal sampai peserta terbaik. Kami bergantian untuk saling
mendokumentasikan. Giliranku di panggil, memang bukan atas namaku tapi menjadi
perwakilan kelompok menjadi kebanggan tersendiri pasalnya ini adalah pertama
kalinya Aku naik diatas panggung dimana penontonnya mulai dari Korea sendiri,
Cina, Filipina, Malaysia, Amerika, Inggris dan masih banyak lainnya. Dulu
pernah mendapatkan penghargaan siswa terbaik berdasarkan hasil ujian Sekolah yang
diserahkan langsung olek Kepala Sekolahku waktu SMP. Tapi itu penonnya adalah
temanku sendiri, adik kelas dan bapak Ibu guru sedangkan ini disaksikan oleh
orang-orang dari beberapa negara. Ada yang unik dari acara ini, penghargaan
diberikan mulai dari anak TK sampai dengan Profesor. Tak lupa Aku mengabadikan
foto bersamadengan Ketua KINEWS, Ketua CIC 2015, Ketua INNOPA dari Indoensia
dan dengan teman-teman lainnya dari UB.
Setelah
acara selesai, kita menuju depan Chung Mu Art Hall. Saat groufie ada seorang
yang berbaik hati ingin memfotokan kami berlima. Tentu saja masih sama dengan
sebelumnya menggunakan isyarat, karen survey membuktikan kebanyak orang Korea,
China dan Jepang kurang ahli dalam bahasa inggris. Setelah itu kami bertemu
dengan mbak-mbak dari UM, dia menceritakan ada sebuah kota namanya Itaewon
dimana itu satu-satunya kota Islam di Korea yang banayak makanan halalnya. Kami
langsung melihat peta yang ada di tangan. Oke, mbak itu kemudia menganjurkan
untuk menggunakan taksi warna orange yang lebih murah. Kami langsung mencari
taksi orange yang dimaksud dan menyetopnya. Setelah itu kami bernegosiasi
sebentar masalah harga. Lumayan, cukup dengan 6000 won untuk berlima.
Selama
diperjalanan, bapaktaksi bertanya menggunakan bahasa inggris dengan masih
terbata-bata nama, asal kami,dan tujuan ke Korea. Di lengkapi dengan GPS, supir
taksi tak perlu khawatir untuk mengambil jalur diseblah mana saja. Karena
disitu terlihat jelas bagaimana arus kendaraan di luar.Cuku dengan wkatu 30
menit, kami tiba di Kota Itaewon. Pucuk dicinta Ulam pun tiba, ada duaorang
petugas yang sedang menunjukkan jalan. Di tasnya tertulis bahasainggris,
artinya memang disengaja untuk turist yang tidak bisa menggunakan bahasa Korea.
Kami
bertanya dengan petugas tadi, dia menunjukkan jalan. Di sepanjang perjalanan
didepan toko terdapat label Halal dari Korea Muslim Federation. Ada penjual
yang dari Malaysia, Turki dan negara- negera Islam lainnya. Pas masuk di dalam
Masjid Itaewon ada ibu-Ibu dari Indonesia. Beliau tinggal bersama suaminya yang
ternyata Muadzin di masjid tersebut. Sudah 8 tahun beliau menetap di Korea.
Pulang ke Indonesia 2 tahun sekali. Alhamdulilah, akhirnya ketemu orang
Indoensia juga.
Beliau
kemudian menjelaskan beberapa makanan kuliner halal yang ada di Itaewon. Beliau
menawarkan kami untuk diajak di sebuah rumah makan halal, enak, dan lebih murah
bagi kantong mahasiswa seperti kami yaitu Eid Goesthouse. Saat masuk ke dalam
rumah makannya sangatkecil dan minimalis. Aku memesan bulgogi yang halal dari
sapi. Terlihat di meja dekat dapur yang serah dengan tempat dudukku ada wayang
serta uang 100.000 Rupiah, iya itu uang Indonesia serta ada beberapa uang dari
negara lain.
Yang
pertama kali disajikan adalah kimci, rasanya sangat asam. Menurutku tidak enak.
Ada juga teri goreng dan makanan pembuka lainnya. Setelah itu baru bulgogi.
Rasanya lumayan enak, tapi harganya yang dibandingkan dengan Indonesia mungkin
bisa dibelikan bakso 12 porsi.Iya harga bulgogi yang aku pesan adalah 120.000
won.
Walking Alone
Di
hari ketiga aku di Korea pada tanggal 12 Agustus 2015, Aku keliling Korea
Selatan sendiri dengan bekal bahasa inggris yang minim serta tekad dan nekad
yang besarnya sudah tak bisa diukur lagi. Dari kabar yang aku dapat
teman-temanku dari UB akan menuju Myeongdong sehingga Aku memutuskan kesana
juga, siapa tahu bisa bertemu. Rupanya merek tak Untungnya wifi di korea ada
dimana-mana sehingga mudah untuk mengakses informasi. Setelah menunggu lama
mereka tak membalas pesanku. Aku putuskan untuk berjalan sendiri, menikmati sendiri.
Kapan lagi dapat liburan di Korea gratis seperti ini jika tidak dimanfaatkan
dengan maksimal. :D
Aku
kemudian mengelilingi pasar Myeongdong, kebanyakan adalah penggemar k-pop dan
tempat untuk membeli oleh-oleh. Banyak Kaos kaki lucu-lucu harganya 1000 won
jika di konversikan sekitar 11.000 rupiah. Hampir sama seperti Indonesia.Namun
pada saat ingin mmbeli gantungan kunci dan gunting kuku harganya sama seperti
makan bulgogi kemarin 120.000 won. Akhirnya aku Cuma membeli satu pak aja.
Setelah keliling-keling pasar, Aku melihat ada sebuah bangunan menjulang
tinggi, kemudian Aku bertanya kepada
petugas pelayanan tourist yang bersedia menjelaskan apapaun dengan
sukarela. Akhirnya Aku diberi peta Myeongdong dan diberi arahan dan saran untuk
menaiki bu warna hijau nomor 5.
Saat
sampai di pinggi jalan raya, kondisinya sangat ramai tak mungkin jikaAku
menyebrang. Ini bukan negara Indonesia yang bisa seenaknya saja. Ternyata
disampingku ada pintu masuk untuk kereta bawah tanah dan seperti yang
dijelaskan petugas cantik tadi ada pintu keluar kereta bawah tanah nomor 9. Aku
perhatikan lebih fokus lagi. Benar ada angka sembilan diatasnya. Aku langsung
menuruni tanggga dan menuju halte seberang. 15 Menit kemudian bus datang.
Bentuknya memang berbeda dari bus-bus yang aku tumpangi sebelumnya. Mungkin ini
bus khusus untuk menuju Namsan Seoul Tower.
Setelah
30 menit berlalu. Aku tida di Namsan Seoul Tower yang katanya disini ada gembok
cinta dimana jika sepasang kekasih mengunci gemboknya maka cintanya akan abadi
sampai maut memisahkan. Benar Bus tadi tak berjalan lagi, semua penumpang
turun. Namsan Seoul Tower ternyata di daerah penggunungan sehingga terlihat
pemandangan Kota yang sangat Indah.
Aku
kemudian menyewa jasa fotografer untuk mengabadikan momenku di depan Namsan
Seoul Tower. Cukup dengan uang 5000 won kita bisa mendapatkan hasil cetakannya.
Kemudian Aku meminta tolong untuk mengabadikan di ponselku juga. Setelah itu
berkeliling-keliling disekitar Namsan Seoul Tower. Benar ada beberapa pohon
beringin dari gebok cinta, ada beberapa tulisan dibadannya tapi tak ada
kuncinya. Mungkin sudah dibuang oleh sang empunya.
Disana
juga ada teropong yang jika kamu memasukkan koin 500 won maka teropong tersebut
bisa digunakan dan akan tertutup kembali setelah 3 menitan. Aku bertemu dengan
seorang Muslimah dari Kazakstan namanya zahra. Dia datang ke Korea bersama
dengan teman-temannya karena menghadiri sebuah Konferensi. Kita kemudian
kenalan dan sempat berfoto bareng. Sayang fotonya hilang bersam dengan
Handphoneku.
Masih
menikmati Indahnya Seoul, melihat burung-burung beterbangan sangat Indah. Saat
itu Musim Summer. DI Namsan Seoul tower ada air yang ketikan kita mendekatkan
mulut kita ke krannya maka air akan mancur dengan sendirinya. Bagiku itu sangat
unik dan menarik. Karena air siap minum, maka aku mengisi botol minumanku
dengan air itu. Tak lupa mengabadikan setiap moment. Entah kenapa penduduk asli
Korea sangat baik melihatku selfie sendiri tanpa tongsing, dia menawarkan diri
untuk memotretkan di setiap sudut namsan Seoul tower ada saja orang yang mau
membantu mengabadikan momenku.
Dongdaemun And History
Culture Park
Lagi
dan lagi Aku berjalan sendiri karena memang tempat tinggalku dan teman-temanku
UB cukup jauh. Senin, 13 Agustus 2015 Aku memutuskan untuk pergi ke Pasar tradisional
Dongdaemun dan Taman budayanya. Aku ke pasar untuk mencari oleh-oleh keluarga
di rumah. Harganya cukup terjangkau dibandingkan dengan pasar Myeongdong. Aku
membeli baju seharaga 10.000 won mendapatkan 3 buah baju dan gunting kuku yang
ada gambar atau tulisan Koreanya satu pak seharga 8.000 won jauh lebih murah
dibandingkan saat di Myeongdong. Karena kesempatan cuma datang sekali,aku minta
izin untuk berfoto dengan penjualnya dan adjusi yang masih berada di motor
uniknya.
Sebelum
menuju taman budaya Aku turun ke Sungai Cheonggye. Sungainya sangat bersih dan jernih. Yang mebuatku senang
adalah ada ikan Salmonnya banyak. Aku terusmenyelusuri sungaiitu, entah sudah
berapa lama. Disebuah jembatan ternyata disana banyak pengunjung yang sedang
bersantai dengan keluarga. Anak-anakkecil yang turun kesungai bermain air dan
ingin mencoba menangkap ikan. Namun tak lama kemudian seorang petugas datang
dan memarahi anak kecil tersebut.
Setelah cukup puas Aku naik kereta cepat menuju
Dongdaemun and History Culture Park. Disana terdapat dua museum. Aku kurang tertarik dengan isinya karena
hanya menampilkan desain-desain bukan sejarah. Kemudian saat keluar dari sana
ada beberapa bendera yang berkibar dengan gagahnya, salah satu bendera tersebut
adalah Bendera Indonesia. Tak lupa mengabadikan setiap moment. Lagi dan lagi
ada orang yang membantuku mengabadikan momen dengan percuma. Dikira Aku orang
Malaysia, karena kebanyakan orang disana yang memakai jilbab dari Malaysia.
Saat Aku akan pulang ke rumah menggunakan kereta
cepat padaat memasuki pintu, ternyata T-Moneyku habis. Lalu aku bertanya kepada
petugas dimana tempat untuk mengisi T-money, ternyata ada alat seperti ATM
tinggal memasukkan uangnya dan kartu T-Money kita sudah terisi sendiri.
Terkadang rasa curang menghantui begitu saja saat melewati pembayaran dengan
T-Money melalui pintu otomatis, saat orang lewat dan pintu masih terbuka aku
langsung ikut masuk. Dan beberapa kali Aku juga menemukan hal yang sama ada
seorang Ibu dan Anak yang melakukan demikian, tak lupa ada juga seorang pelajar
yang melakukan demikian. Lumayan cukup bayar satu untuk berdua. Namun terkadang
Aku juga pernah tak bisakeluar karena T-Moneyku habis sehingga ada Adjusi yang
menolongku lewat pintu darurat. Sangat bersyukur, masih banyak orang yang baik.
Flight to Malaysia
Hari
ini Aku balik ke Indonesia, tapi transit dulu ke Malaysia. Tiket penerbanganku
jam 4 Sore. Sehingga Aku memilih untuk menikmati masakan seafood yang
didalamnya ada gurita, kerang dan udang serta mie kuwah. Cukup dengan 5000 won.
Setelah itu Aku berjalan-jalan menelusuri jalan raya di Korea. Beberapa kali
Aku bertemu dengan seseorang yang berjilbab dan mengucabkan salam. Rasanya
senang banget, seperti ada keluarga sendiri datang dan lama sekali tidak
berjumpa. Aku pun sudah merindukan suara Adzan di Indonesia yang berkumandang
dimana-mana. Aku sangat suka dengan suasana Korea yang tertib apalagi lalu
lintasnya yang rapi. Pasar dan Tempat pembuangan samapahpun sangat bersih,
berbeda jauh dengan Indonesia.
Kepala terasa pusing ketika bolak-balik naik
bus. Meskipun pemandangan di luar indah, namun ketika kepala sakit rasanya
sudah tak Indah lagi. Lebih baik Aku pulang karena sore nanti akan terbang ke
Malaysia.
Aku
berpamitan dengan oppa penjagan Neighbours goest house yang telah baik kepadaku
dan meminjamkan tabungannya untuk dijadikan perantara Om ku mengirimkan uang
won. Aku tersenyum, dan dibalas senyum olehnya. Lalu mengucapkan terimakasih
karena telah dibelikan Ice Cream. Iya itu karena aku disuruh om Ku. Kalau kita
dibantu orang lain setidaknya juga menyenangkan hatinya. “See you next time”
itu adalah pesan terakhir oppa sebelum aku beranjak keluar.
Untuk
kedua kalinya Aku naik Airport Railroad. Bandara Incheon telah menanti. Bakal
kangen menjelajah sendiri seperti ini, tapi suatu saat nanti sih penginnya
berdua atau bertiga dengan keluarga kecil :D. Wkwkwkw.
Tiba
di Banda Incheon Aku masih bingung harus bagaimana. Kalau kemarin masih di
bantu Mbak Vela dan teman-temannya sekarang Aku yang harus berjuang sendiri.
Aku bertanya kepada seseorang, untung dia mengerti bahasa inggris di lalu
menyuruhku untuk menuju gateku.
Setelah itu Aku masuk bandara menggunakan kereta cepat naik elevator dan lift
beberapa kali akhirnya tibalah di ruang tunggu bandara. Disana ada Mbak Vela
dan teman-temannya. Iya kita satu pesawat ke Kuala Lumpur. Akhirnya ketemu
mereka lagi. Tanpa bantaun mereka Aku mungkin masih bingung bakal tinggal
dimana.
Besok
15 Agustus 2015 adalah hari kemerdekaan korea Selatan. Namun satu hari
seblumnya aku sudah pulang duluan. Tak bisa merasakan hari kemerdekaan di Korea
seperti apa.Pintu gate mulai terbuka petugas memotong boarding passku, lalu aku
masuk menuju pesawat. Sangat longgar dibanding dengan pertama kali berangkat ke
Korea.Seharusnya tempat dudukku dibarisan tengah, namun Aku memilih untuk
berada di samping jendela yang terlihat kosong. Lagi dan lagi sunggu nikmat
Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Langit sore sangat indah dan cantik dengan
cahaya orangenya. Mbak Vela dan teman-temannya setiba di Malaysia, 2 jam
kemudian langsung berangkat ke Indonesia.
Aku
transit selama 17 jam di Malaysia, terasa melelahkan. Malamnya Aku tidur di
lantai. Memang tidak dingin sih karena dilapisi karpet tebal. Tapi sendiri,
membuatku semakin kuat karena memang dituntut untuk mandiri. Banyak muslimah
yang menggunakan cadar dan turis lainnya tidur disembarang tempat. Aku memasuki
lorong kecil yang memang kapasitasnnya satu orang. Pada saat Omku nelfon Air
mataku sudah tak terbendung lagi. Iya aku ini perempuan, sendiri di Bandara, di
negara orang lain. Aku kembali menukarkan beberapa uang rupiah ke Money Charger
yang ada di bandara kemudia membeli makan berupa bakso Ikan, lumayan bisa
mengisi perut yang lapar.
Jam
menunjukkan pukul 2 siang, Aku menunggu gateku. Di Ruang tunggu Aku bertemu
seorang TKW dari Indonesia. Sudah dua tahun dia bekerja di Malaysia, usianya
dua tahun diatasku, dia sudah menikah.Suaminya menjadi buronan polisi malaysia,
passpornya disita. Dia sendiri tak boleh berkomunikasi dengan suaminya selama
di Malaysia, gajinya dipotong setiap bulan untuk membayar jasa penyalurnya.
Tidak boleh keluar rumah. Kasihan dan miris mendengar ceritanaya. Untuk ada
temannya yang baik memberikan Handphone untuk menghubungi suaminya diam-diam.
Bersyukur Allah memberikan nikmat hidup yang baik. Terbang ke Korea bukan untuk
menjadi TKW tapi karena sebuah penghargaan yang sebelumnya dibutuhkan kerja
keras, pantang menyerah, nekad dan tekad untuk meraihnya. Target 42 Finish,
sekarang sudah terstabilo hijau artinya sudah terlaksanakan dengan baik.
Pulang ke Indonesia
Akhirnya
waktu penerbangan Kuala-Lumpur Indonesia tiba. Jam 3 siang waktu malaysia
pesawat take off, Alhamdulilah akhirnya akan bertemu dengan keluarga di rumah.
Perjalanan ini adalah buah tangan dari Merantau di Malang. Malang sangat jauhdengan Kabupaten pati
tempat tinggal dan lahirku. Benar kata imam syafi’i “Merantaulah, tinggalkan negerimu dan hidup
asing di negeri orang. Kau akan temukan pengganti kerabat dan kawan. Manisnya
hidup terasa setelah lelah berjuang.”
Alhamdulilah.
Aku tiba di Indonesia dengan selamat pukul 4 sore di Banadara Sukarno Hatta
membawa Silver Medal dan sertikatnya. Puji Syukur kepada Allah SWT. Atas segala
nikmatnya. Dan Kedua orang tua yang selalu mendoakanku. Lets to be Enjoy
Traveler ^^
Naik Pesawat berlima dari Bandara Soekarno-Hatta Terminal 3 menuju Bandara KL Malaysia.
Mbak Vela,Wulan,Mbak Novia, Mbak Putri, dan yang take foto Mbak Ica. Mereka semua angkatan 2012 saya paling muda angkatan 2014 :)
Foto Bersama ketua penyelenggara Monsuk Chang
Foto di Masjid Itaewon,Korea Silver Medal and My Certificate
[1] Penulis merupakan mahasiswa aktif
program studi Teknologi Hasil Perikanan Angkatan 2014, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Penulis Berasal dari Pati, Jawa
Tengah. Penulis pernah mengikuti 2nd
Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 yang diselenggarakan oleh KINEWS di
Seoul, Korea pada saat umur 19 tahun.
[2]
Sebutan Penerima Manfaat Beastudi Etos Indonesia
No comments:
Post a Comment