Namaku Sri Wulan Hidayati, Aku biasa dipanggil Wulan oleh teman-temanku. Namun dikeluarga Budheku aku dipanggil hida. Aku lahir di sebuah desa perbukitan Pati Selatan, Jawa tengah tepatnya
di desa Sukolilo. Desaku ini masih cukup asri, tanahnya pun subur. Berbagai
macam tanaman bisa tumbuh disana. Aku dilahirkan dari keluarga sederhana,
Ayahku tak mengenal bangku sekolah, yang Beliau kenal hanyalah Sekolah Rakyat
sedangkan Ibuku saat kelas 3 SD, Beliau keluar dari sekolahnya. Aku mempunyai
seorang Adik bernama yani, dia kelas 3 SD. Ayahku seorang petani dan ibuku seorang
buruh pabrik.
Setiap
hari, Ayahku menggarap sawah milik orang lain. Beliau berangkat ke Sawah
setelah Sholat Shubuh dan pulang saat maghrib. Setiap panen Ayah harus berbagai
hasil dengan Empunya. Namun setiap musim kemarau, Sawah yang digarap Ayahku tidak
bisa ditanami Palawija sehingga hanya bisa ditanami padi pada musim penghujan
tiba. Oleh karena itu, Ayahku mencari penghasilan tambahan antara lain dari ngedos (mengambil padi yang siap
dipanen), daud (mengikat padi kecil
yang siap ditanam), nyemprot (menyiram
tanaman dengan pestisida) namun penghasilannya masih tidak cukup untuk
kehidupan sehari-hari. Sehingga Ayahku membuat Batu-Bata. Beliau membuat Batu
Bata sejak aku kecil sampai sekarang. Penghasilannya didapat sesuai pemesanan.
Ibuku bekerja sebagai buruk pabrik pun
sudah lama, sejak Aku masih kecil. Dulu, Beliau adalah pegawai tetap namun Beliau
berhenti kerja di pabrik setelah ada PHK
besar-besaran. Untuk membantu perekonomian keluarga yang sedang sulit, Ibuku
ikut membantu Ayah membuat Batu-Bata di Sawah. Setiap hari kami hanya makan
sambel bawang dan kerupuk karena tidak ada uang untuk membeli ikan. Terkadang
kami juga makan kuluban daun ketela pohon, sayur rebung, dan ubi jalar.
Sewaktu kecil, aku sering membantu
bapak ngaret pari sendiri jika panen yang didapat sedikit karena padi di
rusak oleh tikus dan hama. Mensisiki batu-batapun pernah kulakukan, hingga
bantu bapak untuk mengabuk tanaman palawija. Dulu sebagian besar kegiatanku
adalah di sawah membantu bapak.
Kebutuhanku semakin banyak, saat itu Aku kelas
6 SD akan menghadapi UASBN sehingga harus membayar Ujian Sekolah. Alhamdulilah,
saat itu Ayahku sedang panen sehingga hasil panennya dijual untuk membayar uang
Ujian Sekolah. Saat itu, Ibuku pernah bilang agar Aku tak usah melanjutkan
sekolah karena tak ada biaya. Namun, Aku juga ingin seperti teman-teman yang
lain yang sudah merencakan mereka ingin melanjutkan sekolah yang mereka
innginkan. Aku berusaha meyakinkan kedua orang tuaku, karena Aku benar-benar
niat ingin Sekolah. Akhirnya Ayahku mengizinkanku untuk melanjutkan Sekolah.
Aku berusaha belajar lebih rajin dan giat dari biasanya. Beberapa bulan setelah
Pengumuman UASBN, hasilnya dibagikan dan ada sebuah fotokopian yang disitu
mencakup semua nama dan hasil UASBNnya. Setelah Aku teliti kembali,
Alhamdulilah Aku mendapatkan peringkat ke 2. Semangatku semakin membara, Aku
benar-benar ingin melanjutkan Sekolah. Aku harus menggapai cita-citaku, saat
itu Aku berharap ingin menjadi Dosen Matematika. Namun, Ayahku memberikan
nasihat padaku untuk mendaftar sekolah, di desa saja, nggak perlu ke desa lain
apalagi sekolah kota. Akhirnya Aku mendaftar di SMPN 1 Sukolilo, jaraknya
sekitar 3 km dari Rumah, sehingga Aku bisa jalan kaki. Awalnya orang tuaku
pesimis bisa menyekolahkanku atau tidak, karena biaya masuk cukup mahal sekitar
900 ribu rupiah. Alhamdulillah, Allah begitu baik sehingga batu bata milik
ayahku terjual dan uangnya dipakai untuk membayar Uang gedung, seragam, dan
uang SPP. Awal masuk aku ditunjuk menjadi ketua kelas. Satu semester aku
berusaha belajar dengan giat meskipun banyak kegiatan antara lain lomba MGMP
Matematika, merngikuti latihan pasktuda (pramuka) dan menyelenggarakan kegiatan
OSIS. Saat pengumuman peringkat kelas pada awal semester, hatiku deg-degan
karena ini awal aku menerima rapor di SMP. Alhamdulilah, pada waktu itu Aku
menjadi peringkat 1 di kelas. Inilah awal semangatku agar bisa membahagiakan
kedua orang tuaku. Saat itu guru bahasa inggris sekaligus bendahara sekolah
memanggilku di kantor, ternyata Aku mendapatkan beasiswa dari sekolah sebesar
Rp 600.000,- uang itu saya berikan kepada ibu saya untuk membantu pembayaran
SPP setiap bulan. Semester kedua,
Alhamdulilah juga mendapatkan peringkat 1 di kelas. Aku yakin, Allah pasti
melancarkan segala urusanku ketika aku mau bersungguh-sungguh. Pada saat aku
menjadi pratama putri dalam acara Lomba LT II dalam rangka memperingati Hari
Pramuka hasilnya cukup membanggakan, Alhamdulilah kami dapat juara 1 putri. Ini semakin menambah keyakinanku bahwa
keterbatasan finansial tidak akan bisa menjadi penghalang kita dalam meraih
kesuksesan jika kita punya tekad dan keyakinan. Aku tahu orang tuaku setiap
hari bekerja di sawah di tengah teriknya matahari agar bisa menyekolahkanku dan
adikku. Sedangkan Ibuku di pabrik, memikul
karung dari truk sampai mesin setiap hari tak hanya satu karung bahkan puluhan,
semua itu juga dilakukan untukku dan adikku. Untuk mebalas semua jasa Beliau,
Aku harus menjadi orang yang bisa membanggakan keluarga, bangsa, dan agama.
Saat perpisahan kelas 7, saya disuruh guru bahasa inggrisku untuk mewakili
kelas 7 berpidato bahasa inggris. Itu adalah awal mulaku tampil di depan umum. Di semester 3 saat kelas 8 aku juga ditunjuk
sebagai ketua kelas. Selain itu aku juga
tetap aktif di organisasi sekolah yaitu OSIS dan Pramuka. Menjelang pemilihan
ketua OSIS, beberapa dari temanku menyuruhku untuk mencalonkan diri sebagai
Ketua OSIS. Namun ada dari kakak kelasku, yang menyuruhku untuk menjadi Pratama
Putri. Saya rasa saya belum bisa jika harus mengendalikan siswa-siswi di SMPku.
Suatu ketika, Aku mendapatkan sebuah motivasi dari Pak Dheku. Beliau berkata
jangan jadikan alasan sebagai penghalang untuk menggapai cita-cita. Kemudian Aku yakinkan pada diriku sendiri, meskipun Aku
dari keluarga sederhana, Aku juga bisa meraih cita-citaku. Aku harus berani
mencoba dan keluar dari zona nyaman. Saat itu Aku izin pada orang tua untuk mencalonkan diri
menjadi Ketua OSIS, Alhamdulilah kedua orang tuaku mendukung. Akhirnya aku mengikuti
proses seleksi sampai tahap akhir pemilihan umum. Innalilahiwainnalilahi
rojiun, hasil pemilihan itu atas nama saya Sri Wulan Hidayati. Meskipun
kegiatan-kegiatan mulai menyibukkanku namun Alhamdulilah Semester 1 tetap
menjadi peringkat 1 di kelas. Itu adalah hadiah utuk kedua orang tuaku. Oleh
karena itu tak selayaknya kita menjadikan keterbatasan untuk dijadikan alasan
sebagai penghalang menggapai cita-cita. Justru keterbatasan itulah yang harus
menjadikan kita lebih termotivasi untuk menggapai cita-cita.
No comments:
Post a Comment