Translate

Monday 10 October 2016

Aku dan Keterbatasan




Namaku Sri Wulan Hidayati, Aku biasa dipanggil Wulan oleh teman-temanku. Namun dikeluarga Budheku aku dipanggil hida. Aku lahir di sebuah desa perbukitan Pati Selatan, Jawa tengah tepatnya di desa Sukolilo. Desaku ini masih cukup asri, tanahnya pun subur. Berbagai macam tanaman bisa tumbuh disana. Aku dilahirkan dari keluarga sederhana, Ayahku tak mengenal bangku sekolah, yang Beliau kenal hanyalah Sekolah Rakyat sedangkan Ibuku saat kelas 3 SD, Beliau keluar dari sekolahnya. Aku mempunyai seorang Adik bernama yani, dia kelas 3 SD. Ayahku seorang petani dan ibuku seorang buruh pabrik.
Setiap hari, Ayahku menggarap sawah milik orang lain. Beliau berangkat ke Sawah setelah Sholat Shubuh dan pulang saat maghrib. Setiap panen Ayah harus berbagai hasil dengan Empunya. Namun setiap musim kemarau, Sawah yang digarap Ayahku tidak bisa ditanami Palawija sehingga hanya bisa ditanami padi pada musim penghujan tiba. Oleh karena itu, Ayahku mencari penghasilan tambahan antara lain dari ngedos (mengambil padi yang siap dipanen), daud (mengikat padi kecil yang siap ditanam), nyemprot (menyiram tanaman dengan pestisida) namun penghasilannya masih tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga Ayahku membuat Batu-Bata. Beliau membuat Batu Bata sejak aku kecil sampai sekarang. Penghasilannya didapat sesuai pemesanan.
Ibuku bekerja sebagai buruk pabrik pun sudah lama, sejak Aku masih kecil. Dulu, Beliau adalah pegawai tetap namun Beliau berhenti kerja di pabrik setelah  ada PHK besar-besaran. Untuk membantu perekonomian keluarga yang sedang sulit, Ibuku ikut membantu Ayah membuat Batu-Bata di Sawah. Setiap hari kami hanya makan sambel bawang dan kerupuk karena tidak ada uang untuk membeli ikan. Terkadang kami juga makan kuluban daun ketela pohon, sayur rebung, dan ubi jalar.
Sewaktu kecil, aku sering membantu bapak  ngaret pari sendiri jika panen yang didapat sedikit karena padi di rusak oleh tikus dan hama. Mensisiki batu-batapun pernah kulakukan, hingga bantu bapak untuk mengabuk tanaman palawija. Dulu sebagian besar kegiatanku adalah di sawah membantu bapak.

 Kebutuhanku semakin banyak, saat itu Aku kelas 6 SD akan menghadapi UASBN sehingga harus membayar Ujian Sekolah. Alhamdulilah, saat itu Ayahku sedang panen sehingga hasil panennya dijual untuk membayar uang Ujian Sekolah. Saat itu, Ibuku pernah bilang agar Aku tak usah melanjutkan sekolah karena tak ada biaya. Namun, Aku juga ingin seperti teman-teman yang lain yang sudah merencakan mereka ingin melanjutkan sekolah yang mereka innginkan. Aku berusaha meyakinkan kedua orang tuaku, karena Aku benar-benar niat ingin Sekolah. Akhirnya Ayahku mengizinkanku untuk melanjutkan Sekolah. Aku berusaha belajar lebih rajin dan giat dari biasanya. Beberapa bulan setelah Pengumuman UASBN, hasilnya dibagikan dan ada sebuah fotokopian yang disitu mencakup semua nama dan hasil UASBNnya. Setelah Aku teliti kembali, Alhamdulilah Aku mendapatkan peringkat ke 2. Semangatku semakin membara, Aku benar-benar ingin melanjutkan Sekolah. Aku harus menggapai cita-citaku, saat itu Aku berharap ingin menjadi Dosen Matematika. Namun, Ayahku memberikan nasihat padaku untuk mendaftar sekolah, di desa saja, nggak perlu ke desa lain apalagi sekolah kota. Akhirnya Aku mendaftar di SMPN 1 Sukolilo, jaraknya sekitar 3 km dari Rumah, sehingga Aku bisa jalan kaki. Awalnya orang tuaku pesimis bisa menyekolahkanku atau tidak, karena biaya masuk cukup mahal sekitar 900 ribu rupiah. Alhamdulillah, Allah begitu baik sehingga batu bata milik ayahku terjual dan uangnya dipakai untuk membayar Uang gedung, seragam, dan uang SPP. Awal masuk aku ditunjuk menjadi ketua kelas. Satu semester aku berusaha belajar dengan giat meskipun banyak kegiatan antara lain lomba MGMP Matematika, merngikuti latihan pasktuda (pramuka) dan menyelenggarakan kegiatan OSIS. Saat pengumuman peringkat kelas pada awal semester, hatiku deg-degan karena ini awal aku menerima rapor di SMP. Alhamdulilah, pada waktu itu Aku menjadi peringkat 1 di kelas. Inilah awal semangatku agar bisa membahagiakan kedua orang tuaku. Saat itu guru bahasa inggris sekaligus bendahara sekolah memanggilku di kantor, ternyata Aku mendapatkan beasiswa dari sekolah sebesar Rp 600.000,- uang itu saya berikan kepada ibu saya untuk membantu pembayaran SPP setiap bulan.  Semester kedua, Alhamdulilah juga mendapatkan peringkat 1 di kelas. Aku yakin, Allah pasti melancarkan segala urusanku ketika aku mau bersungguh-sungguh. Pada saat aku menjadi pratama putri dalam acara Lomba LT II dalam rangka memperingati Hari Pramuka hasilnya cukup membanggakan,  Alhamdulilah kami dapat juara 1 putri.  Ini semakin menambah keyakinanku bahwa keterbatasan finansial tidak akan bisa menjadi penghalang kita dalam meraih kesuksesan jika kita punya tekad dan keyakinan. Aku tahu orang tuaku setiap hari bekerja di sawah di tengah teriknya matahari agar bisa menyekolahkanku dan adikku.  Sedangkan Ibuku di pabrik, memikul karung dari truk sampai mesin setiap hari tak hanya satu karung bahkan puluhan, semua itu juga dilakukan untukku dan adikku. Untuk mebalas semua jasa Beliau, Aku harus menjadi orang yang bisa membanggakan keluarga, bangsa, dan agama. Saat perpisahan kelas 7, saya disuruh guru bahasa inggrisku untuk mewakili kelas 7 berpidato bahasa inggris. Itu adalah awal mulaku tampil di depan umum.  Di semester 3 saat kelas 8 aku juga ditunjuk sebagai ketua kelas. Selain itu aku  juga tetap aktif di organisasi sekolah yaitu OSIS dan Pramuka. Menjelang pemilihan ketua OSIS, beberapa dari temanku menyuruhku untuk mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS. Namun ada dari kakak kelasku, yang menyuruhku untuk menjadi Pratama Putri. Saya rasa saya belum bisa jika harus mengendalikan siswa-siswi di SMPku. Suatu ketika, Aku mendapatkan sebuah motivasi dari Pak Dheku. Beliau berkata jangan jadikan alasan sebagai penghalang untuk menggapai cita-cita. Kemudian  Aku yakinkan pada diriku sendiri, meskipun Aku dari keluarga sederhana, Aku juga bisa meraih cita-citaku. Aku harus berani mencoba dan keluar dari zona nyaman. Saat itu Aku  izin pada orang tua untuk mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS, Alhamdulilah kedua orang tuaku mendukung. Akhirnya aku mengikuti proses seleksi sampai tahap akhir pemilihan umum. Innalilahiwainnalilahi rojiun, hasil pemilihan itu atas nama saya Sri Wulan Hidayati. Meskipun kegiatan-kegiatan mulai menyibukkanku namun Alhamdulilah Semester 1 tetap menjadi peringkat 1 di kelas. Itu adalah hadiah utuk kedua orang tuaku. Oleh karena itu tak selayaknya kita menjadikan keterbatasan untuk dijadikan alasan sebagai penghalang menggapai cita-cita. Justru keterbatasan itulah yang harus menjadikan kita lebih termotivasi untuk menggapai cita-cita.

No comments: