Translate

Wednesday, 12 October 2016

Belajar Merawat Daerah Pesisir bersama ASCOVIL


Indonesia adalah negara maritim. Dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah perairan.Selama ini pendidikan di Indonesia khususnya bagi masyarakat nelayan dinilai sangat kurang bahkan rendah. Anak nelayan lebih banyak memilih untuk membantu orang tuanya bekerja dibandingkan dengan sekolah.Hal inilah yang menjadi problematika bagi bangsa Indonesia akibat sumberdaya perairan yang melimpah namun tidak termanfaatkan karena kurangnya tenaga ahli di bidang perikanan. Akibatnya, hasil laut Indonesia banyak di ekspor ke luar negeri dalam bentuk bahan masih original atau belum mengalami proses pengolahan/ diversification product. Selain itu keterampilan melaut nelayan yang terasah namun kurangnya tingkat pendidikan mereka maka mengakibatkan  tingkat kesejahteraanya yang semakin rendah.
Mahasiswa sebagai agent of change bagi bangsa Indonesia sangat dinantikan perannya untuk perubahan bangsa. Sebagai mahasiswa perikanan kami sadar, tanpa nelayan kami tak dapat mengkonsumsi seafood yang sudah terbukti kandungan gizinya untuk meningkatkan kecerdasan manusia. Tak hanya untuk meningkatkan kecerdasan, banyak produk perikanan misalnya minyak ikan, juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh seperti menjaga kesehatan fungsi jantung, menurunkan kadar kolestrol,menurunkan tekanan darah tinggi, dll. Dari berbagai permasalahan inilah kami mengadakan pengabdian Masyarakat di Sendang Biru Malang.Menumbuhkan semangat belajar cikal bakal penggerak masa depan disektor perikanan.
Ascovil (Assited Social Coastal Village) merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Kegiatannya meliputi mengajar adik-adik binaan Sekolah Nelayan, Bersih-bersih pantai, Sosialisasi kesehatan kepada masyarakat setempat,dll. Antusias adik-adik sekolah dasar dalam belajar patut kami apresiasi karena ada beberapa dari mereka yang memilih untuk tidak sekolah dan membantu orang tuanya kerja.
Belajar bersama anak nelayan diawali dengan Science Fun. Adik-adik diberikan pelatihan untuk membuat replika gunung berapi selanjutnya mereka yang mempraktekkan dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan disekitar lingkungan mereka. Selanjutnya pembuatan kerajinan tangan seperti membuat rangkain bunga, dan melukis pot untuk dipajang dilingkungan sekolah mereka. Selain itu ada kegiatan Lomba Cerdas Cermat dengan melibatkan semua siswa area kelas menjadi seru. Mereka berebut menjawab pertanyaan dengan lihai. Setelah usai lomba cerdas cermat dilanjutkan dengan lomba mewarnai Peta Indonesia, tujuan dari kegiatan ini adalah agar mereka tahu sumberdaya perikanan di Indonesia sangat potensial dan itu bisa membawa perubahan kehidupan mereka untuk menuju tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Kegiatan belajar anak nelayan diakhiri sambutan oleh Kepala Sekolah dan foto bersama.
Kegiatan ASCOVIL selanjutnya yaitu bersih-bersih pantai. Pantai merupakan batas antara daratan dan perairan laut yang perlu dijaga kebersihannya untuk mempertahankan keindahan alam dan ekosistem perairan. Pantai merupakan salah satu tempat wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Namun banyak dari mereka yang kurang memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Apabila pantai kotor, dan sampah tersebut terseret oleh ombak maka akan mengakibat pencemaran secara bertahap di perairan laut untuk itu sangat penting menjaga kebersihan pantai. Pantai yang dibersihkan oleh tim Ascovil dan pemuda sendang biru yaitu Pantai Arjuna dan Pantai Bangsong. Kebanyakan dari sampah tersebut adalah styrofoam, plastik makanan ringan, botolplastik,dll.

Semangat memajukan daerah pesisir harus selalu kita tingkatkan. Hal ini akan membawa dampak yang lebih besar bagi bangsa indonesia karena sumberdaya perairan laut yang sangat potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apabila potensi ini dikelola sendiri oleh masyarakat maka tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia menjadi pusat maritim dunia. Jalesveva Jayamahe. –swh-

Monday, 10 October 2016

Aku dan Keterbatasan




Namaku Sri Wulan Hidayati, Aku biasa dipanggil Wulan oleh teman-temanku. Namun dikeluarga Budheku aku dipanggil hida. Aku lahir di sebuah desa perbukitan Pati Selatan, Jawa tengah tepatnya di desa Sukolilo. Desaku ini masih cukup asri, tanahnya pun subur. Berbagai macam tanaman bisa tumbuh disana. Aku dilahirkan dari keluarga sederhana, Ayahku tak mengenal bangku sekolah, yang Beliau kenal hanyalah Sekolah Rakyat sedangkan Ibuku saat kelas 3 SD, Beliau keluar dari sekolahnya. Aku mempunyai seorang Adik bernama yani, dia kelas 3 SD. Ayahku seorang petani dan ibuku seorang buruh pabrik.
Setiap hari, Ayahku menggarap sawah milik orang lain. Beliau berangkat ke Sawah setelah Sholat Shubuh dan pulang saat maghrib. Setiap panen Ayah harus berbagai hasil dengan Empunya. Namun setiap musim kemarau, Sawah yang digarap Ayahku tidak bisa ditanami Palawija sehingga hanya bisa ditanami padi pada musim penghujan tiba. Oleh karena itu, Ayahku mencari penghasilan tambahan antara lain dari ngedos (mengambil padi yang siap dipanen), daud (mengikat padi kecil yang siap ditanam), nyemprot (menyiram tanaman dengan pestisida) namun penghasilannya masih tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari. Sehingga Ayahku membuat Batu-Bata. Beliau membuat Batu Bata sejak aku kecil sampai sekarang. Penghasilannya didapat sesuai pemesanan.
Ibuku bekerja sebagai buruk pabrik pun sudah lama, sejak Aku masih kecil. Dulu, Beliau adalah pegawai tetap namun Beliau berhenti kerja di pabrik setelah  ada PHK besar-besaran. Untuk membantu perekonomian keluarga yang sedang sulit, Ibuku ikut membantu Ayah membuat Batu-Bata di Sawah. Setiap hari kami hanya makan sambel bawang dan kerupuk karena tidak ada uang untuk membeli ikan. Terkadang kami juga makan kuluban daun ketela pohon, sayur rebung, dan ubi jalar.
Sewaktu kecil, aku sering membantu bapak  ngaret pari sendiri jika panen yang didapat sedikit karena padi di rusak oleh tikus dan hama. Mensisiki batu-batapun pernah kulakukan, hingga bantu bapak untuk mengabuk tanaman palawija. Dulu sebagian besar kegiatanku adalah di sawah membantu bapak.

 Kebutuhanku semakin banyak, saat itu Aku kelas 6 SD akan menghadapi UASBN sehingga harus membayar Ujian Sekolah. Alhamdulilah, saat itu Ayahku sedang panen sehingga hasil panennya dijual untuk membayar uang Ujian Sekolah. Saat itu, Ibuku pernah bilang agar Aku tak usah melanjutkan sekolah karena tak ada biaya. Namun, Aku juga ingin seperti teman-teman yang lain yang sudah merencakan mereka ingin melanjutkan sekolah yang mereka innginkan. Aku berusaha meyakinkan kedua orang tuaku, karena Aku benar-benar niat ingin Sekolah. Akhirnya Ayahku mengizinkanku untuk melanjutkan Sekolah. Aku berusaha belajar lebih rajin dan giat dari biasanya. Beberapa bulan setelah Pengumuman UASBN, hasilnya dibagikan dan ada sebuah fotokopian yang disitu mencakup semua nama dan hasil UASBNnya. Setelah Aku teliti kembali, Alhamdulilah Aku mendapatkan peringkat ke 2. Semangatku semakin membara, Aku benar-benar ingin melanjutkan Sekolah. Aku harus menggapai cita-citaku, saat itu Aku berharap ingin menjadi Dosen Matematika. Namun, Ayahku memberikan nasihat padaku untuk mendaftar sekolah, di desa saja, nggak perlu ke desa lain apalagi sekolah kota. Akhirnya Aku mendaftar di SMPN 1 Sukolilo, jaraknya sekitar 3 km dari Rumah, sehingga Aku bisa jalan kaki. Awalnya orang tuaku pesimis bisa menyekolahkanku atau tidak, karena biaya masuk cukup mahal sekitar 900 ribu rupiah. Alhamdulillah, Allah begitu baik sehingga batu bata milik ayahku terjual dan uangnya dipakai untuk membayar Uang gedung, seragam, dan uang SPP. Awal masuk aku ditunjuk menjadi ketua kelas. Satu semester aku berusaha belajar dengan giat meskipun banyak kegiatan antara lain lomba MGMP Matematika, merngikuti latihan pasktuda (pramuka) dan menyelenggarakan kegiatan OSIS. Saat pengumuman peringkat kelas pada awal semester, hatiku deg-degan karena ini awal aku menerima rapor di SMP. Alhamdulilah, pada waktu itu Aku menjadi peringkat 1 di kelas. Inilah awal semangatku agar bisa membahagiakan kedua orang tuaku. Saat itu guru bahasa inggris sekaligus bendahara sekolah memanggilku di kantor, ternyata Aku mendapatkan beasiswa dari sekolah sebesar Rp 600.000,- uang itu saya berikan kepada ibu saya untuk membantu pembayaran SPP setiap bulan.  Semester kedua, Alhamdulilah juga mendapatkan peringkat 1 di kelas. Aku yakin, Allah pasti melancarkan segala urusanku ketika aku mau bersungguh-sungguh. Pada saat aku menjadi pratama putri dalam acara Lomba LT II dalam rangka memperingati Hari Pramuka hasilnya cukup membanggakan,  Alhamdulilah kami dapat juara 1 putri.  Ini semakin menambah keyakinanku bahwa keterbatasan finansial tidak akan bisa menjadi penghalang kita dalam meraih kesuksesan jika kita punya tekad dan keyakinan. Aku tahu orang tuaku setiap hari bekerja di sawah di tengah teriknya matahari agar bisa menyekolahkanku dan adikku.  Sedangkan Ibuku di pabrik, memikul karung dari truk sampai mesin setiap hari tak hanya satu karung bahkan puluhan, semua itu juga dilakukan untukku dan adikku. Untuk mebalas semua jasa Beliau, Aku harus menjadi orang yang bisa membanggakan keluarga, bangsa, dan agama. Saat perpisahan kelas 7, saya disuruh guru bahasa inggrisku untuk mewakili kelas 7 berpidato bahasa inggris. Itu adalah awal mulaku tampil di depan umum.  Di semester 3 saat kelas 8 aku juga ditunjuk sebagai ketua kelas. Selain itu aku  juga tetap aktif di organisasi sekolah yaitu OSIS dan Pramuka. Menjelang pemilihan ketua OSIS, beberapa dari temanku menyuruhku untuk mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS. Namun ada dari kakak kelasku, yang menyuruhku untuk menjadi Pratama Putri. Saya rasa saya belum bisa jika harus mengendalikan siswa-siswi di SMPku. Suatu ketika, Aku mendapatkan sebuah motivasi dari Pak Dheku. Beliau berkata jangan jadikan alasan sebagai penghalang untuk menggapai cita-cita. Kemudian  Aku yakinkan pada diriku sendiri, meskipun Aku dari keluarga sederhana, Aku juga bisa meraih cita-citaku. Aku harus berani mencoba dan keluar dari zona nyaman. Saat itu Aku  izin pada orang tua untuk mencalonkan diri menjadi Ketua OSIS, Alhamdulilah kedua orang tuaku mendukung. Akhirnya aku mengikuti proses seleksi sampai tahap akhir pemilihan umum. Innalilahiwainnalilahi rojiun, hasil pemilihan itu atas nama saya Sri Wulan Hidayati. Meskipun kegiatan-kegiatan mulai menyibukkanku namun Alhamdulilah Semester 1 tetap menjadi peringkat 1 di kelas. Itu adalah hadiah utuk kedua orang tuaku. Oleh karena itu tak selayaknya kita menjadikan keterbatasan untuk dijadikan alasan sebagai penghalang menggapai cita-cita. Justru keterbatasan itulah yang harus menjadikan kita lebih termotivasi untuk menggapai cita-cita.

Berlayar ke Negeri Gingseng


Sri Wulan Hidayati[1]
Hari mulai berganti, cahaya kegelapan mulai pudar. Sang mentari telah menyongsong dengan gagah.  Udara pagi terasa sejuk, sangat tepat ditemani secangkir teh hangat. Semangat dan selamat pagi pemuda penggerak masa depan. Di tangan kitalah, arah dan tujuan bangsa kita kendalikan. Jadilah Nahkoda dengan gagah dan berani melawan kerasnya ombak di lautan. Salam hangat dari anak perantauan.
Mimpi dan Target Hidup
Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan ditambah dengan hutang keluarga saat itu, tidak lantas menyurutkan semangat saya untuk kuliah di akhir kelulusan bangku Sekolah Menengah Atas. Terkadang bujukan orang tua untuk menunda kuliah membuatku bimbang tapi satu hal yang membuatku yakin bisa kuliah yaitu mimpi yang harus terwujud. Saya memberanikan diri untuk kembali meminta izin melanjutkan kuliah. Meskipun satu-satunya harapan dan andalan untuk mewujudkan impian tersebut yaitu harus dapat beasiswa. Setelah mendapatkan izin, saya berusaha sekuat tenaga belajar soal SBMPTN. Puji syukur perjuangan saya untuk kuliah gratis tidak sia-sia. Setelah tertolak lewat jalur SNMPTN, pada Juni 2014 Saya lolos SBMPTN Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikananan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang.
Keterbatasan telah mengantarkan saya untuk menjadi pribadi yang kuat, mandiri dan selalu berusaha untuk menggapai mimpi dan target dalam hidup. Saat ini, Saya tercatat sebagai penerima beasiswa Bidikmisi dan Beastudi Etos Angkatan 2014 di Universitas Brawijaya Malang. Tugas yang diberikan pertama kali untuk Etoser[2] Malang 2014 yaitu membuat Life Mapping jangka waktu 25 tahun dengan 100  mimpi/ target hidup. Benar apa yang dikatakan oleh Pak Danang A. Prabowo Si Pembuat Jejak, Tuliskanlah mimpi-mimpi Anda secara nyata! Jangan hanya diingat Anda pasti akan lupa. Tuliskan 100 target Anda di atas kertas. Hingga suatu hari nanti yang Anda lihat dari 100 target itu hanyalah coretan.”
 [1] Penulis merupakan mahasiswa aktif program studi Teknologi Hasil Perikanan Angkatan 2014, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Penulis Berasal dari Pati, Jawa Tengah. Penulis pernah mengikuti  2nd Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 yang diselenggarakan oleh KINEWS di Seoul, Korea pada saat umur 19 tahun.
2 Sebutan Penerima Manfaat Beastudi Etos Indonesia
Saya yakin, kalau pak Danang bisa, pasti saya juga bisa.  Saya mencoba mengadopsi apa yang telah dilakukan oleh Pak Danang. Membuat life mapping dan menulis 100 mimpi di kertas HVS lalu saya tempelkan di dinding kamar. Kadang saya baca ditengah kesibukan aktivitas kampus.
Tugas Pembinaan selanjutnya untuk penerima manfaat Beastudi Etos Malang angkatan 2014, yaitu membuat Passport di Kantor Imigrasi Malang. Program ini adalah bentuk support Etos kepada penerima beasiswa dimana diharapkan Etoser tidak hanya berprestasi di dalam negeri saja tetapi juga di luar negeri. Biaya yang dibutuhkan senilai Rp 350.000,- (dibayarkan oleh lembaga ETOS) dan syarat-syarat yang perlu dilengkapai antara lain fotocopy Kartu Keluarga (KK), Akta Kelahiran, Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan mengisi fomulir pendaftaran. Pembuatan dimulai pukul 06.00 WIB dan selesai pukul 11.00 WIB tergantung dengan nomor antrian. Selanjutnya 3 hari setelah pembayaran di Bank BNI, passport bisa diambil di kantor imigrasi.
Saya teringat sebuah cerita inspirasi dari dosen Aquaculture Bu Qurrota Ayuni. Beliau melanjutkan S2 di Thailand bersama beberapa dosen lainnya. Beliau menceritakan berbagai pengalaman di luar negeri. Saat itulah, pikiranku semakin terbuka. Pandanganku tentang perikanan salah, perikanan itu luas tidak hanya ikan mujair, nila, gabus, dan lele. Perikanan meliputi ikan di darat, laut dan payau, kerang-kerangan, udang, kepiting dan tanaman laut lainnya yang ada di wilayah perairan. Yang selanjutnya akan diolah oleh Program Studi Teknologi Hasil Perikanan untuk dijadikan sebagai bahan pakan, pangan, obat-obatan maupun kosmetika.
Bu Yuni menyuruh kami untuk membuat passport karena itu akan menumbuhkan semangat Mahasiswa agar mempunyai keinginan pergi ke luar negeri entah untuk lomba, exchange, conference, liburan, melanjutkan studi, kerja dan bahkan haji. Selanjutnya passport itu Anda pajang di bagian yang sering Anda singgahi dalam kamar, contoh depan meja belajar atau di samping cermin. Kemudian tulislah kalimat “Someday, I must use this passport go to abroad for hajj, study, exchange or holiday” di secarik kertas lalu tempelkan di bawah atau di samping passport.
Korea Creative Invention Contest (CIC)
Kesempatan itu datang saat kaka tingkat Etoser Malang bernama Mas Oky Kimia FMIPA UB Angkatan 2013 dan Mas Pry MSP FPIK UB Angkatan 2012 mengajak saya untuk mengikuti suatu event bernama Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 yang diselenggarakan oleh KINEWS di Seoul, Korea Selatan.
Sejak bulan Februari, Saya dan Mas Oky sudah mulai mempersiapakan semuanya mulai dari mengisi dan mengirim Application Entry Form, membuat proposal pengajuan dana ke Fakultas, Rektorat, dan Etos, serta membayar biaya registrasi senilai Rp. 3.375.000,- yang ditransfer ke rekening INNOPA (Indonesian Invention And Innovation Promotion Association). Saya mendapatkan tugas untuk membuat proposal pengajuan dana, registrasi dan pengiriman Application Entry Form diurus oleh Mas Oky sedangkan Mas Pry ada kegiatan Magang di Surabaya.
Pendaftaran Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 dimulai dari tanggal 1 Februari sampai dengan 30 Juni 2015. Pada saat pengumuman inovasi lolos, hal yang perlu dipersiapkan selain membayar uang registrasi adalah menyiapkan passport, visa korea, surat keterangan aktif kuliah, tiket pesawat pulang pergi Jakarta-Korea, fotokopi KK, KTP, KTM, Surat Invitation CIC 2015 dan biaya hidup selama kurang lebih seminggu.
Dua hari sebelum terbang ke Negeri Gingseng, saya sudah di Jakarta menginap di rumah Lek Subi adik kandung Bapak. 9 Agustus 2015, Saya diantar Om Nur suami Lek Subi ke Stasiun Pasar Senin untuk menemui Kakak tingkat saya dari Universitas Brawijaya (UB) Malang. Sebelumnya saya berpamitan dengan Lek Subi dan sepupu-sepupu saya. Saya dan kaka tingkat dari UB berangkat ke Bandara Soekarno Hatta naik taxi.
40 menit berlalu Kami memasuki area Bandara Soekarno Hatta Terminal 3. Setelah itu Kami menuju tempat Checkin untuk menukarkan tiket booking dengan boarding pass. Kami melanjutkan ke lantai 2 Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 untuk menuju ruang tunggu. Perjalanan kami masih panjang, 4 jam lagi pesawat kami baru take off. Saat Mbak Ica menanyaiku untuk tempat tinggal, Aku baru ingat kalau ternyata Aku belum memikirkan tempat tinggal saat di Seoul nanti. Payah. Padahal itu kan hal yang paling penting.
Kami menggunakan layanan aplikasi Booking.com untuk memesan Goest House secara cepat. Tak semudah yang Aku pikirkan, ternyata harus ada jaminan nomor VISA.  Mbak Vela kemudian memberikan nomor visa dosennya kepadaku. Harga sewa penginapan per dua hari senilai 28.000 won. Sekali pencet OK, layanan sudah berakhir tinggal menunggu konfirmasi email dari goest house-nya.
Saya, Mbak Vela, Mbak Ica, Mbak Putri dan Mbak Noviana berkeliling di terminal 3, karena waktu take off yang masih lama. Seperti anak muda yang lainnya, nggak afdol kalau belum selfie dan grufie. Ketika boarding untuk keberangkatan Korea sudah dibuka, kami langsung menuju ke ruang tunggu dalam. Sebelum masuk ruang tunggu dalam kami dicheck keamanan lagi. Setelah itu visa kami distampel oleh petugas. Selanjutnya boarding pass kami di sobek tinggal sebagian darinya di serahkan kepada kami yang berisi nomor tempat duduk, nomor penerbangan, waktu boarding dan nomor gate. Lalu Kami diantar sampai tempat pesawat menggunakan bus bandara.
Amazing day, Wulan!! ini bukan mimpi, ini pesawat beneran. Sulit diekspresikan, rasanya pengin nangis nggak percaya kalau akhirnya seorang wulan anak petani bisa naik pesawat juga. Saya dan yang lainnya tak mau kehilangan moment, Kami berfoto sebentar di depan pesawat. Lalu Saya naik tangga bagian belakang dekat dengan ekornya, Mbak vela, Mbak Ica, Mbak Putri dan Mbak Noviana mengikuti. Tempat duduk Kami sangat berjauhan. Saya dapat tempat dudukku didekat jendela jadi bisa melihat ke arah luar.
Ketika pesawat mulai jalan ada perasaan senang dan takut. Senang akhirnya saya bisa terbang meskipun tak memiliki sayap, takut karena  saat pesawat jalan seperti naik motor dijalan yang bergelombang dan terjal. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, pesawat akan take off tak lupa Saya berdoa pada Allah SWT. Agar perjalanan Saya lancar dan selamat sampai tujuan.
Pada saat take off  sulit dijelaskan rasanya karena kemiringan hampir 45 derajat.  Hati Saya mulai dag dig dug. Jelas, ini pengalaman pertama naik pesawat. Pramugari segera memberitahukan kepada penumpang saat pesawat lepas dari take off. Pemandangan dari atas sangat luar biasa. Allah menampakkan kekuasaan-Nya. Indah, terlihat perpaduan cahaya lampu yang saling menyatu.
3 jam berlalu, akhirnya Saya sampai di Bandara Kuala Lumpur. Saya dan teman-teman dari Brawijaya segera menuju tempat ketibaan. Saat melihat jam, ternyata sudah menunjukkan pukul 1 kurang 15 menit pagi wilayah Malaysia. Tidak ada waktu istirahat Saya segera check in, setelah dapat boarding pass, Saya menuju tempat cek keamaanan. Saya berangkat sendiri ke Korea karena kaka tingkat saya transitnya lama sekitar 9 jam.
Pada saat cek keamaanan, ada sedikit masalah. Tiba-tiba monitor petugas  berbunyi. Benar, ada masalah dengan tas Saya. Petugas menyuruh saya untuk membuka tas. Semua barang telah Saya keluarkan lalu petugas itu berkata menggunakan bahasa Melayu intinya Saya tidak boleh membawa barang cair seperti Shampoo dan Sabun Cair. Setelah itu saya kaget ketika petugas bertanya apakah saya membawa benda tajam atau tidak. Ternyata di dalam kotak pensil saya ada charter. Entah petugasnya kurang teliti atau tidak tahu, ada parfum yang masih tersimpan rapi sehingga tidak diambil. Bisa dibayangkan ketika sabun dan shampoo disita dan masih tersisa parfum. You know lah apa yang akan Saya lakukan pada saat di Korea nanti.
          Saya mencari flight number dan gate number pesawat yang saya tumpangi. Lalu Saya segera menuju gatenya, ada kendaraan unik yang menghampiri kemudian supirnya menyuruh Saya naik dan diantarkan menuju pintu gate Q. Supirnya menjelaskan kalau Saya harus turun satu lantai lagi, belok kanan, lalu jalan lurus. Saya segera masuk lift setelah mengucapkan thank you. Kurang lima menit lagi. Saya berlari menuju tempat boarding pass. Setelah boarding pass saya di sobek sebagian, Saya langsung masuk lorong menuju pintu pesawat.
          Pramugari melihat boarding passku lalu mengarahkan ke tempat dudukku. Tiba-tiba pesawat bergeronjal, jalannya tak mulus. Pramugari menginformasikan jika cuaca buruk. Rata-rata penumpang memanjatkan doa. Akupun begitu, berharap Allah melancarkan perjalananku ini. Pramugari menganjurkan untuk menutup semua jendela. Satu jam kemudian, pesawat sudah kembali normal. Pramugari membagikan Arrival Card dan Traveler Declaration Form yang menggunakan bahasa korea dan Inggris. Aku jawab semampuku.
            Saat melihat keluar jendela, lagi dan lagi Aku disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa perpaduan lampu yang indah dan menenangkan. Setelah puas, Aku memutuskan untuk tidur. 8 jam lagi baru sampai di Korea.
            Esok harinya sekitar pukul 6 pagi Aku mulai bangun, Cahaya mentari sangat indah. Merah berpadu dengan orange. Tak lupa mengucapkan Alhamdulillah telah diberikan kesempatan oleh Allah untuk menikmati keindahan ciptaanya dari ketinggian beberapa ribu kaki. Berbagai pulau dan lautan terlihat indah. Ada juga kapal veri yang sedang melintas. Entahlah Aku nggak tahu berada di atas negara mana. 8.20 tepat pesawat mendarat ke Incheon International Airport. Aku menuju ketempat kedatangan penumpang. WAW. Besar banget. Terlihat dari lantai atas supir mobil bandara yang berada di sebelah kiri, ya lagi dan lagi berbeda dengan Indonesia. Tempat yang Aku kunjungi pertama setelah di bandara Incheon adalah Toilet. Aku kemudian cuci muka dan gosok gigi.
            Tak lupa aku mengeluarkan HP untuk mengabadikan setiap momen di bandara. Mulai memfoto pesawat yang masih diam, take off dan landing serta memoto tulisan yang ada salam-salamnya buat teman-teman di Indonesia. Perutku lapar, sangat lapar. Untung masih ada nasi dan bistik telur dari Bu Lekku, akhirnya Aku menemukan tempat yang nyaman untuk makan sebentar. Toleh kanan dan kiri tak ada penjual atau toko satupun. Tapi kok petugas bandara membawa makanan dan minuman. Masih clingak-clinguk cari toko. Ternyata zonk tak ada sama sekali.
            Sekitar 8 jam aku dibandara, lapar dan haus. Ah. Aku cari kesana kemari ternyata tidak ada toko satupun. Kemudian aku bertanya kepada salah satu pegawai bandara dengan menggunakan bahasa inggris. Kemudian dia menjelaskan bahwa Aku harus turun ke lantai bawah, keluar bandara dan menunggu di tempat kedatangan. Tapi ketika melihat dilantai bawah seperti orang yang akan transit, aku masih menunggu ditempat yang sama. Lalu untuk kedua kalinya bapak itu menyuruhku untuk turun jika ingin bertemu dengan temanku. Akhirnya Aku memutuskan untuk turun lalu mengambil traveler declaration form, ternyata ada yang menggunakan bahasa Indonesia. Aku segera mengisinya dan memberikan kepada petugas. Aku mengikuti salah satu tourist keluar dari bandara, benar kata bapak tadi disini banyak orang yang sedang menunggu keluarganya atau kerabat dekatnya. Ada yang ditulis di sebuah lembar kertas, ada yang berteriak memanggil nama sesorang ada juga yang diam duduk dengan santai. Aku memilih untuk duduk, tiba-tiba mbak vela memanggil namaku. Dia menghampiriku, lalu memelukku mungkin khawatirdengan keadaanku karena jarak kita lumayan lama sekitar 8 jam.
            Aku sangat lapar, untung saja Mbak novi membawa kurma. Setelah itu kita menuju Seven Eleven untuk membeli T-Money dan mengisinya karna saat naik bus atau Airport Railroad membutuhkan T-Money. Harganya 5000 won, kemudian aku mengisinya 5000 won juga. Ukurannya sebesar kartu ATM kita. Setelah itu kami menuju Airport Railroad untuk menuju tempat penginapan. Untung ada tempat informasi yang melayani tourist asing. Setelah bertanya dan diberikan bekal peta Seoul, Korea kami segera bergegas meninggalkan bandara. Iya ini seperti yang ada di drama Korea, untuk pertama kalinya Aku menaiki kereta cepat bawah tanah di negara maju negara gingseng ini.
            Iyap, saat kereta mulai datang semua penumpang mengantri berbeda jauh dengan Indonesia. Bangkunya penuh semua Aku, Mbak Ica dan mbak Putri berdiri. Tak lupa kita menyempatkan diri untuk mengabadikan setiap moment. Diatas pintu Airport Railroad terdapat tanda merah kita telah  melewati kota mana dan sampai dimana, jadi penumpang dapat berjaga-jaga ketika jarak yang ditempung tinggal satu atau beberapa kota lagi.
            Chungmoro
Satu hal yang masih belum aku sadari yaitu masyarakat Korea yang berjalan di seberang kanan sedangkan masyarakat Indonesia berjalan di sebelah kiri. Dalam satu station ada tempat keluar banyak yang menuju ke berbagai tempat. Saat itu Aku tak berpikir akan keluar di daerah mana. Alhamdulilah pas mengikuti kata hati yaitu nomor 3 tepat di depan pintu keluar ada tulisan nama kota Chungmoro dan ada bendera korea selatan. Jam menunjukkan pukul 19:46 tapi langit masih cerah.
Aku berjalan sesukaku mencari seseorag untuk bertanya alamat tempat tinggalku. Akhirnya Aku memberanikan diri, bertanya kepada Adjusi dengan menggunakan bahasa inggris. Namun ternyata Beliau tak mengerti. Lalu aku menunjukkan Alamat rumah yang telah aku tulis di bukuku. Beliau lalu mengeluarkan handphonenya dan mengetikkan nomor telepon yang ada di tulisanku. Rupanya Beliau mengerti maksudku. Beliau lalu mengisyaratkan untuk mengikutinya, dia tak melepas telephon genggamnya masih berbicara dengan seseorang. Lalu sekitar 5 menit kemudian, kita sampai disebuah goesthouse. Benar Neighbours nama tempat tinggalku. Dia tersenyum masih melanjutkan kakinya menaiki tangga satu persatu, membuka pintu dan berpicara dengan seseorang kemudia oppa atau seorang laki-laki keluar kemudian mempersilahkan Aku masuk. Tak lupa Aku mengucapkan terimakasih kepada Adjusi, Aku tak pernah kenal dengannya dan sebaliknya namun Beliau sangat baik. Semoga senantiasa diberikan kelancaran dalam menjalankan aktivitasnya.
Oppa mengecek daftar booking tempat, ada namaku disana kemudian di tersenyum. Aku membalas dengan bahasa inggris, dia mendengarkan dengan seksama. Aku membayar goesthouse sesuai harga yang ada di Booking.com yaitu 28.000 won untuk 2 hari penginapan. Oppa kemudian menunjukkan kamarku. Lalu dia kembali menjalankan aktivitasnya. Sepi, ada 6 dipan bertingkat, koper yang lebih besar dari punyaku di rumah dan selimut yang masih berantakan. Tapi tidak ada siapapun. Tak lama kemuadian sang empunya datang. Dia tersenyum dan mulai merapikan barangnya. Setelah itu kita berkenalan. Ternyata dia dari Cina.
11 Agustus 2015
Teman sekamarku dia menghapiriku setelah dari luar, kemudian menjelaskan tempat dan bus yang harus aku tumpangi ketika ingin ke Chung Mu Art Hall. Tanpa sadar Aku tetap menganggukkan kepala dan di masih menjelaskan dengan rinci. Dia memang tak lancar berbahasa inggris sehingga dia menjelaskan dengan menggunakan google translate sehingga cukup lama. Setelah Aku mengerti, kemudian dia izin pergi karena akan pergi ke tempat temannya.
Bus Warna biru 643 seperti yang dijelaskan oleh temenku lewat, berhenti pada halte-halte tertentu yang ada tulisannya 643. Karena sudah terlewat cukup jauh, kemudian Aku mengejar cukup jauh dengan berjalan kaki. Entah berapa kilo  jalan yang telah Aku lalui, lumayanlah sambil menikmati Seoul. Kemudian Aku bertanya ke salah seorang penjual buah disuruh naik bus warna hijau 1200. Akhirnya Aku naik Bus tersebut. Ternyata lewat di seberang jalan tempat tinggalku. Saat diperjalanan Aku melihat 4 cewek berjilbab sedang bertanya kepada seseorang, Aku langsung sadar itu pasti temen-temenku dari UB. Kemudian pada saat mendeteksikan T-Money ke monitor kecil sopirnya belum berhenti-berhenti. Ada seorang Ibu-ibudan bapak-bapak yang membantuku untuk memencet tombol merah atau emergency. Setelah itu dia tersenyum dan bus berhenti, Aku balas senyum kepadanya dan mengucapkan terimakasih. Sungguh pertolongan Allah sangat dekat dengan hambanya.
Aku mencari zebra cross kemudiab berjalan ke arah temanku tadi, tapi dia sudah tak ada. Kemudian aku bertanya kepada seorang pegawai toko lalu dia menunjukkan arah. Meskipun begitu aku mengerti maksudnya. Aku terus berjalan dan bertanya kepada sesorang sampai akhirnya ada ibu-ibu dan anaknya yang menuju tempat yang sama yaitu Chung Mu Art hall. Dia mengintruksikan untuk mengikutinya.
Sampai di depan Chung Mu Art Hall ada adjusi yang sudah menyambut ramah dan menggerakkan tangannya untuk menunjukkan arah. Setelah sampai di depan pintu tempat Ceremony Award beberapa penerima tamu yang Aku prediksi adalah usia SMA memberikan sebuah kartu nama dan daftar urut penerimaan pengahargaan di selembar kertasputih kecil. Disana ada namaku, namnya mas pri dan mas oky.
Sambil menunggu acaranya di mulai, tak lupa kami mengabadikan setiap moment. Ketua INNOPA pak Andy juga menghadiri acra tersebut. Pak Andy lulusan dari Kedokteran Universitas Brawijaya. Ada juga Mbak-mbak S2 dari UM yang menghadiri acara tersebut.  Tak lama kemudian Monsuk Chang datang memberi Gimpap dan air mineral. Monsuk Chang adalah ketua panitia CIC,2015. Gimpap adalah makanan seperti Sushi. Sebelum kami memaknnya Pak Andi memastikan apakah makanan ini mengandung babi atau tidak. Setelah aman dan pak Andy mengacungkan jempolnya. Kami menyerbu makanan tersebut.
Satu persatu penghargaan mulai diberikan kepada peserta mulai dari bronze, silver, gold medal sampai peserta terbaik. Kami bergantian untuk saling mendokumentasikan. Giliranku di panggil, memang bukan atas namaku tapi menjadi perwakilan kelompok menjadi kebanggan tersendiri pasalnya ini adalah pertama kalinya Aku naik diatas panggung dimana penontonnya mulai dari Korea sendiri, Cina, Filipina, Malaysia, Amerika, Inggris dan masih banyak lainnya. Dulu pernah mendapatkan penghargaan siswa terbaik berdasarkan hasil ujian Sekolah yang diserahkan langsung olek Kepala Sekolahku waktu SMP. Tapi itu penonnya adalah temanku sendiri, adik kelas dan bapak Ibu guru sedangkan ini disaksikan oleh orang-orang dari beberapa negara. Ada yang unik dari acara ini, penghargaan diberikan mulai dari anak TK sampai dengan Profesor. Tak lupa Aku mengabadikan foto bersamadengan Ketua KINEWS, Ketua CIC 2015, Ketua INNOPA dari Indoensia dan dengan teman-teman lainnya dari UB.
Setelah acara selesai, kita menuju depan Chung Mu Art Hall. Saat groufie ada seorang yang berbaik hati ingin memfotokan kami berlima. Tentu saja masih sama dengan sebelumnya menggunakan isyarat, karen survey membuktikan kebanyak orang Korea, China dan Jepang kurang ahli dalam bahasa inggris. Setelah itu kami bertemu dengan mbak-mbak dari UM, dia menceritakan ada sebuah kota namanya Itaewon dimana itu satu-satunya kota Islam di Korea yang banayak makanan halalnya. Kami langsung melihat peta yang ada di tangan. Oke, mbak itu kemudia menganjurkan untuk menggunakan taksi warna orange yang lebih murah. Kami langsung mencari taksi orange yang dimaksud dan menyetopnya. Setelah itu kami bernegosiasi sebentar masalah harga. Lumayan, cukup dengan 6000 won untuk berlima.
Selama diperjalanan, bapaktaksi bertanya menggunakan bahasa inggris dengan masih terbata-bata nama, asal kami,dan tujuan ke Korea. Di lengkapi dengan GPS, supir taksi tak perlu khawatir untuk mengambil jalur diseblah mana saja. Karena disitu terlihat jelas bagaimana arus kendaraan di luar.Cuku dengan wkatu 30 menit, kami tiba di Kota Itaewon. Pucuk dicinta Ulam pun tiba, ada duaorang petugas yang sedang menunjukkan jalan. Di tasnya tertulis bahasainggris, artinya memang disengaja untuk turist yang tidak bisa menggunakan bahasa Korea.
Kami bertanya dengan petugas tadi, dia menunjukkan jalan. Di sepanjang perjalanan didepan toko terdapat label Halal dari Korea Muslim Federation. Ada penjual yang dari Malaysia, Turki dan negara- negera Islam lainnya. Pas masuk di dalam Masjid Itaewon ada ibu-Ibu dari Indonesia. Beliau tinggal bersama suaminya yang ternyata Muadzin di masjid tersebut. Sudah 8 tahun beliau menetap di Korea. Pulang ke Indonesia 2 tahun sekali. Alhamdulilah, akhirnya ketemu orang Indoensia juga.
Beliau kemudian menjelaskan beberapa makanan kuliner halal yang ada di Itaewon. Beliau menawarkan kami untuk diajak di sebuah rumah makan halal, enak, dan lebih murah bagi kantong mahasiswa seperti kami yaitu Eid Goesthouse. Saat masuk ke dalam rumah makannya sangatkecil dan minimalis. Aku memesan bulgogi yang halal dari sapi. Terlihat di meja dekat dapur yang serah dengan tempat dudukku ada wayang serta uang 100.000 Rupiah, iya itu uang Indonesia serta ada beberapa uang dari negara lain.
Yang pertama kali disajikan adalah kimci, rasanya sangat asam. Menurutku tidak enak. Ada juga teri goreng dan makanan pembuka lainnya. Setelah itu baru bulgogi. Rasanya lumayan enak, tapi harganya yang dibandingkan dengan Indonesia mungkin bisa dibelikan bakso 12 porsi.Iya harga bulgogi yang aku pesan adalah 120.000 won.
Walking Alone
Di hari ketiga aku di Korea pada tanggal 12 Agustus 2015, Aku keliling Korea Selatan sendiri dengan bekal bahasa inggris yang minim serta tekad dan nekad yang besarnya sudah tak bisa diukur lagi. Dari kabar yang aku dapat teman-temanku dari UB akan menuju Myeongdong sehingga Aku memutuskan kesana juga, siapa tahu bisa bertemu. Rupanya merek tak Untungnya wifi di korea ada dimana-mana sehingga mudah untuk mengakses informasi. Setelah menunggu lama mereka tak membalas pesanku. Aku putuskan untuk berjalan sendiri, menikmati sendiri. Kapan lagi dapat liburan di Korea gratis seperti ini jika tidak dimanfaatkan dengan maksimal. :D
Aku kemudian mengelilingi pasar Myeongdong, kebanyakan adalah penggemar k-pop dan tempat untuk membeli oleh-oleh. Banyak Kaos kaki lucu-lucu harganya 1000 won jika di konversikan sekitar 11.000 rupiah. Hampir sama seperti Indonesia.Namun pada saat ingin mmbeli gantungan kunci dan gunting kuku harganya sama seperti makan bulgogi kemarin 120.000 won. Akhirnya aku Cuma membeli satu pak aja. Setelah keliling-keling pasar, Aku melihat ada sebuah bangunan menjulang tinggi, kemudian Aku bertanya kepada  petugas pelayanan tourist yang bersedia menjelaskan apapaun dengan sukarela. Akhirnya Aku diberi peta Myeongdong dan diberi arahan dan saran untuk menaiki bu warna hijau nomor 5.
Saat sampai di pinggi jalan raya, kondisinya sangat ramai tak mungkin jikaAku menyebrang. Ini bukan negara Indonesia yang bisa seenaknya saja. Ternyata disampingku ada pintu masuk untuk kereta bawah tanah dan seperti yang dijelaskan petugas cantik tadi ada pintu keluar kereta bawah tanah nomor 9. Aku perhatikan lebih fokus lagi. Benar ada angka sembilan diatasnya. Aku langsung menuruni tanggga dan menuju halte seberang. 15 Menit kemudian bus datang. Bentuknya memang berbeda dari bus-bus yang aku tumpangi sebelumnya. Mungkin ini bus khusus untuk menuju Namsan Seoul Tower.
Setelah 30 menit berlalu. Aku tida di Namsan Seoul Tower yang katanya disini ada gembok cinta dimana jika sepasang kekasih mengunci gemboknya maka cintanya akan abadi sampai maut memisahkan. Benar Bus tadi tak berjalan lagi, semua penumpang turun. Namsan Seoul Tower ternyata di daerah penggunungan sehingga terlihat pemandangan Kota yang sangat Indah.
Aku kemudian menyewa jasa fotografer untuk mengabadikan momenku di depan Namsan Seoul Tower. Cukup dengan uang 5000 won kita bisa mendapatkan hasil cetakannya. Kemudian Aku meminta tolong untuk mengabadikan di ponselku juga. Setelah itu berkeliling-keliling disekitar Namsan Seoul Tower. Benar ada beberapa pohon beringin dari gebok cinta, ada beberapa tulisan dibadannya tapi tak ada kuncinya. Mungkin sudah dibuang oleh sang empunya.
Disana juga ada teropong yang jika kamu memasukkan koin 500 won maka teropong tersebut bisa digunakan dan akan tertutup kembali setelah 3 menitan. Aku bertemu dengan seorang Muslimah dari Kazakstan namanya zahra. Dia datang ke Korea bersama dengan teman-temannya karena menghadiri sebuah Konferensi. Kita kemudian kenalan dan sempat berfoto bareng. Sayang fotonya hilang bersam dengan Handphoneku.
Masih menikmati Indahnya Seoul, melihat burung-burung beterbangan sangat Indah. Saat itu Musim Summer. DI Namsan Seoul tower ada air yang ketikan kita mendekatkan mulut kita ke krannya maka air akan mancur dengan sendirinya. Bagiku itu sangat unik dan menarik. Karena air siap minum, maka aku mengisi botol minumanku dengan air itu. Tak lupa mengabadikan setiap moment. Entah kenapa penduduk asli Korea sangat baik melihatku selfie sendiri tanpa tongsing, dia menawarkan diri untuk memotretkan di setiap sudut namsan Seoul tower ada saja orang yang mau membantu mengabadikan momenku.
Dongdaemun And History Culture Park
Lagi dan lagi Aku berjalan sendiri karena memang tempat tinggalku dan teman-temanku UB cukup jauh. Senin, 13 Agustus 2015 Aku memutuskan untuk pergi ke Pasar tradisional Dongdaemun dan Taman budayanya. Aku ke pasar untuk mencari oleh-oleh keluarga di rumah. Harganya cukup terjangkau dibandingkan dengan pasar Myeongdong. Aku membeli baju seharaga 10.000 won mendapatkan 3 buah baju dan gunting kuku yang ada gambar atau tulisan Koreanya satu pak seharga 8.000 won jauh lebih murah dibandingkan saat di Myeongdong. Karena kesempatan cuma datang sekali,aku minta izin untuk berfoto dengan penjualnya dan adjusi yang masih berada di motor uniknya.
Sebelum menuju taman budaya Aku turun ke Sungai Cheonggye. Sungainya sangat bersih dan jernih. Yang mebuatku senang adalah ada ikan Salmonnya banyak. Aku terusmenyelusuri sungaiitu, entah sudah berapa lama. Disebuah jembatan ternyata disana banyak pengunjung yang sedang bersantai dengan keluarga. Anak-anakkecil yang turun kesungai bermain air dan ingin mencoba menangkap ikan. Namun tak lama kemudian seorang petugas datang dan memarahi anak kecil tersebut.
Setelah cukup puas Aku naik kereta cepat menuju Dongdaemun and History Culture Park. Disana terdapat dua museum.  Aku kurang tertarik dengan isinya karena hanya menampilkan desain-desain bukan sejarah. Kemudian saat keluar dari sana ada beberapa bendera yang berkibar dengan gagahnya, salah satu bendera tersebut adalah Bendera Indonesia. Tak lupa mengabadikan setiap moment. Lagi dan lagi ada orang yang membantuku mengabadikan momen dengan percuma. Dikira Aku orang Malaysia, karena kebanyakan orang disana yang memakai jilbab dari Malaysia.
Saat Aku akan pulang ke rumah menggunakan kereta cepat padaat memasuki pintu, ternyata T-Moneyku habis. Lalu aku bertanya kepada petugas dimana tempat untuk mengisi T-money, ternyata ada alat seperti ATM tinggal memasukkan uangnya dan kartu T-Money kita sudah terisi sendiri. Terkadang rasa curang menghantui begitu saja saat melewati pembayaran dengan T-Money melalui pintu otomatis, saat orang lewat dan pintu masih terbuka aku langsung ikut masuk. Dan beberapa kali Aku juga menemukan hal yang sama ada seorang Ibu dan Anak yang melakukan demikian, tak lupa ada juga seorang pelajar yang melakukan demikian. Lumayan cukup bayar satu untuk berdua. Namun terkadang Aku juga pernah tak bisakeluar karena T-Moneyku habis sehingga ada Adjusi yang menolongku lewat pintu darurat. Sangat bersyukur, masih banyak orang yang baik.
Flight to Malaysia
Hari ini Aku balik ke Indonesia, tapi transit dulu ke Malaysia. Tiket penerbanganku jam 4 Sore. Sehingga Aku memilih untuk menikmati masakan seafood yang didalamnya ada gurita, kerang dan udang serta mie kuwah. Cukup dengan 5000 won. Setelah itu Aku berjalan-jalan menelusuri jalan raya di Korea. Beberapa kali Aku bertemu dengan seseorang yang berjilbab dan mengucabkan salam. Rasanya senang banget, seperti ada keluarga sendiri datang dan lama sekali tidak berjumpa. Aku pun sudah merindukan suara Adzan di Indonesia yang berkumandang dimana-mana. Aku sangat suka dengan suasana Korea yang tertib apalagi lalu lintasnya yang rapi. Pasar dan Tempat pembuangan samapahpun sangat bersih, berbeda jauh dengan Indonesia.
 Kepala terasa pusing ketika bolak-balik naik bus. Meskipun pemandangan di luar indah, namun ketika kepala sakit rasanya sudah tak Indah lagi. Lebih baik Aku pulang karena sore nanti akan terbang ke Malaysia.
Aku berpamitan dengan oppa penjagan Neighbours goest house yang telah baik kepadaku dan meminjamkan tabungannya untuk dijadikan perantara Om ku mengirimkan uang won. Aku tersenyum, dan dibalas senyum olehnya. Lalu mengucapkan terimakasih karena telah dibelikan Ice Cream. Iya itu karena aku disuruh om Ku. Kalau kita dibantu orang lain setidaknya juga menyenangkan hatinya. “See you next time” itu adalah pesan terakhir oppa sebelum aku beranjak keluar.
Untuk kedua kalinya Aku naik Airport Railroad. Bandara Incheon telah menanti. Bakal kangen menjelajah sendiri seperti ini, tapi suatu saat nanti sih penginnya berdua atau bertiga dengan keluarga kecil :D. Wkwkwkw.
Tiba di Banda Incheon Aku masih bingung harus bagaimana. Kalau kemarin masih di bantu Mbak Vela dan teman-temannya sekarang Aku yang harus berjuang sendiri. Aku bertanya kepada seseorang, untung dia mengerti bahasa inggris di lalu menyuruhku untuk    menuju gateku. Setelah itu Aku masuk bandara menggunakan kereta cepat naik elevator dan lift beberapa kali akhirnya tibalah di ruang tunggu bandara. Disana ada Mbak Vela dan teman-temannya. Iya kita satu pesawat ke Kuala Lumpur. Akhirnya ketemu mereka lagi. Tanpa bantaun mereka Aku mungkin masih bingung bakal tinggal dimana.
Besok 15 Agustus 2015 adalah hari kemerdekaan korea Selatan. Namun satu hari seblumnya aku sudah pulang duluan. Tak bisa merasakan hari kemerdekaan di Korea seperti apa.Pintu gate mulai terbuka petugas memotong boarding passku, lalu aku masuk menuju pesawat. Sangat longgar dibanding dengan pertama kali berangkat ke Korea.Seharusnya tempat dudukku dibarisan tengah, namun Aku memilih untuk berada di samping jendela yang terlihat kosong. Lagi dan lagi sunggu nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Langit sore sangat indah dan cantik dengan cahaya orangenya. Mbak Vela dan teman-temannya setiba di Malaysia, 2 jam kemudian langsung berangkat ke Indonesia.
Aku transit selama 17 jam di Malaysia, terasa melelahkan. Malamnya Aku tidur di lantai. Memang tidak dingin sih karena dilapisi karpet tebal. Tapi sendiri, membuatku semakin kuat karena memang dituntut untuk mandiri. Banyak muslimah yang menggunakan cadar dan turis lainnya tidur disembarang tempat. Aku memasuki lorong kecil yang memang kapasitasnnya satu orang. Pada saat Omku nelfon Air mataku sudah tak terbendung lagi. Iya aku ini perempuan, sendiri di Bandara, di negara orang lain. Aku kembali menukarkan beberapa uang rupiah ke Money Charger yang ada di bandara kemudia membeli makan berupa bakso Ikan, lumayan bisa mengisi perut yang lapar.
Jam menunjukkan pukul 2 siang, Aku menunggu gateku. Di Ruang tunggu Aku bertemu seorang TKW dari Indonesia. Sudah dua tahun dia bekerja di Malaysia, usianya dua tahun diatasku, dia sudah menikah.Suaminya menjadi buronan polisi malaysia, passpornya disita. Dia sendiri tak boleh berkomunikasi dengan suaminya selama di Malaysia, gajinya dipotong setiap bulan untuk membayar jasa penyalurnya. Tidak boleh keluar rumah. Kasihan dan miris mendengar ceritanaya. Untuk ada temannya yang baik memberikan Handphone untuk menghubungi suaminya diam-diam. Bersyukur Allah memberikan nikmat hidup yang baik. Terbang ke Korea bukan untuk menjadi TKW tapi karena sebuah penghargaan yang sebelumnya dibutuhkan kerja keras, pantang menyerah, nekad dan tekad untuk meraihnya. Target 42 Finish, sekarang sudah terstabilo hijau artinya sudah terlaksanakan dengan baik.
Pulang ke Indonesia
Akhirnya waktu penerbangan Kuala-Lumpur Indonesia tiba. Jam 3 siang waktu malaysia pesawat take off, Alhamdulilah akhirnya akan bertemu dengan keluarga di rumah. Perjalanan ini adalah buah tangan dari Merantau di Malang.  Malang sangat jauhdengan Kabupaten pati tempat tinggal dan lahirku. Benar kata imam syafi’i  “Merantaulah, tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang. Kau akan temukan pengganti kerabat dan kawan. Manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.”
Alhamdulilah. Aku tiba di Indonesia dengan selamat pukul 4 sore di Banadara Sukarno Hatta membawa Silver Medal dan sertikatnya. Puji Syukur kepada Allah SWT. Atas segala nikmatnya. Dan Kedua orang tua yang selalu mendoakanku. Lets to be Enjoy Traveler ^^

 Naik Pesawat berlima dari Bandara Soekarno-Hatta Terminal 3 menuju Bandara KL Malaysia.
Mbak Vela,Wulan,Mbak Novia, Mbak Putri, dan yang take foto Mbak Ica. Mereka semua angkatan 2012 saya paling muda angkatan 2014 :)

 Foto Bersama ketua penyelenggara Monsuk Chang

                          Foto di Masjid Itaewon,Korea                Silver Medal and My Certificate




[1] Penulis merupakan mahasiswa aktif program studi Teknologi Hasil Perikanan Angkatan 2014, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Penulis Berasal dari Pati, Jawa Tengah. Penulis pernah mengikuti  2nd Korea Creative Invention Contest, CIC 2015 yang diselenggarakan oleh KINEWS di Seoul, Korea pada saat umur 19 tahun.
[2] Sebutan Penerima Manfaat Beastudi Etos Indonesia