Setiap
nafasmu adalah hidupku, setiap pengorbananmu adalah perjalananku, setiap
tangismu adalah sakitku. Ibu, perjuanganmu saat melahirkanku tak bisa kubalas
meskipun digantikan oleh langit dan bumi
seiisinya. Ibu jasamu sangat besar
bahkan tak ternilai dan tak akan pernah hilang meski dimakan oleh waktu.
Terimakasih, engkau telah melahirkanku di dunia ini, mengajari dan
mengenalkanku banyak hal. Aku masih ingat ketika waktu kecil sering merengek
minta digendong, meminta ini dan itu harus dituruti dan yang membuatmu sakit
ketika engkau menyuruhku dan aku malah bilang "ah atau nanti". Maafkan Aku Mamak.
Minggu 22 Otober 2015, Aku bersama teman-teman
Penerima Manfaat Beastudi ETOS Malang Angkatan 2014 diberikan kesempatan untuk
mengunjungi salah satu Panti Lansia di Kota Malang, Panti itu bernama Al-Ishlah.
Kami berangkat pukul 07.00 WIB dari asrama dan berkumpul di Gazebo FKH UB.
Pukul 07.45 kami mulai meninggalkan Universitas Brawijaya, menuju salah satu
desa kecil di Kecamatan Blimbing Malang. Tempat dimana Beliau-beliau dirawat di
panti lansia. Sepanjang perjalanan disela sendagurau bersama teman-teman, yang
aku bayangkan hanya buyutku dulu yang susah diatur, masih sibuk bekerja
membersihkan rumput depan rumah, sampai-sampai pas beliau pergi ke Sungai
pernah diseruduk oleh Sapi gila. Pikiranku Cuma ingin pulang kangen mamak yang
setia menungguku dirumah, yang selalu menanyakan kabarku setiap nelfon, yang
selalu berpesan untuk menjaga diri, sholat dan makan. Iya, karena sekarang
kenyataannya aku memang jauh dengan orang tuaku. Tinggal di kota perantaun jauh
dengan sanak keluarga. Meskipun begitu satu hal yang aku ingat aku harus
benar-benar niat menuntut ilmu dan suatu saat nanti harus bisa menghajikan
kedua orang tua dengan jerih payahku.
Perjalanan
begitu cepat 15 menit kemudian kami sampai pada perputaran jalan pesawat dan
lanjut menuju kecamatan Blimbing. Teman-teman sudah mulai sibuk dengan Hpnya
sendiri, ada yang bercerita bab sulam tas menggunakan benang wol, dan ada juga
yang cerita tentang kehidupan kampusnya. Hah,, Aku bersyukur bisa bertemu dengan
teman-teman Etoser malang karena mayoritas latar belakang kami sama berasal
dari keluarga sederhana. Susah payah aku meloby Mamak dan Bapakku agar bisa
kuliah di Universitas Negeri. Namun kenyataannya beliau memang tidak punya
cukup uang untuk menguliahkanku, membiayai biaya hidupku di kota perantauan,
dan membayar kost selama setahunnya. Namun suatu ketika, ada seminar motivasi
di SMA dimana beliau bercerita bahwa beliaupun bersal dari keluargayang kurang
mampu hingga akhirnya beliau bisa kuliah gratis, pergi keluar negeri pernah
mendapatkan IP 4 dan sekarang bekerja di salah satu perusaan terbesar di
Indonesia dan yang lebih WAW beliau berasal dari kota sama bahkan satu desa
yang sama. Sejak saat itulah Aku harus bisa, harus bisa minimal sama seperti
Beliau. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengikuti berbagai event, mulai
dari Try out UTUL UGM di SMAN 2 Pati, Simulasi SBMPTN di Solo, ETOS EXPO di
Universitas Diponegoro sampai dengan aku mengikuti seleksi Beastudi Etos di
Semarang.
Tak
terasa sudah sampai di depan Panti Lansia Al Ishlah, saat turun dari Angkutan
Umum Aku melihat 2 nenek yang sedang berjemur menggunakan kursi roda ditengah
terik matahari, satu nenek lagi datang menghampiri kami namanya nenek yuli,
beliau sampai sekarang belum menikah namun wajahnya sangat ceria. Beliau salah
satu nenek yang masih sehat di panti tersebut. Setelah bersalaman dengan nenek
yuli, aku menghampiri dua nenek yang berada di kursi roda tersebut. Terlihat
raut wajahnya yang senang, mungkin Beliau sangat merindukan kasih sayang dari
anaknya. Saat perawatnya bilang “nek, ayo masuk. Sampean nggak kepanasan ta dari tadi berjemur terus? Aku aja
kepanasan”. Dalam hati aku Cuma tersenyum atas tingkahnya, semua terbayang pada
buyutku yang selalu enggan jika disuruh istirahat, maunya membersihkan rumput
depan rumahnya terus. Ketika itu pukul 09.00 kami berkumpul di Mushola panti, sharing
bersama Bapak Nur salah satu perawat dan pengelola panti Al-Ishlah.Beliau
menceritakan bagaimana awal berdirinya Panti Al Ishlah sampai pada cerita
bagaimana nenek itu ditelantarkan oleh anak-anaknya. Dari anaknya yang enggan
merawat orang tuanya karena rumahnya bau pesing, anaknya yang sibuk mengurus
pekerjaannya, anaknya yang pergi keluar negeri, dan masih banyak yang lainnya.
Aku
terkesan pada salah satu nenek disana, dulu beliau adalah pegawai negeri sipil.
Anaknya ingin dikuliahkannya tetapi tidak mau dan memilih menjadi seorang
istri. Beliau sekarang kakinya bengkak entah sakit apa aku lupa, Saat ditanya
kegiatan nenek tersebut setiap harinya ngapain beliau menjawab bahwa disini
setiap selesai sholat maghrib sedikitnya harus membaca Al- Quran minimal dua
halaman. “Dua halaman itu sedikit dek” kata Beliau. Ya Allah, nenek ini saja
mempunyai semangat untuk Beribadah kepadaMu, mengapa hambamu ini terkadang
pembinaan pagi masih enggan-engganan, masih ngantuk , terkadang tak
bersemangat. Bagaimana bisa aku menjalankan amanah di luar sana jika aku tak
dekat denganMu Ya Rabb. Ampunilah Aku.
Masih
bersama dengan nenek ini yang berasal dari Pasuruan beliau menceritakan
hidupnya bahwa nanti saat mempunyai pasangan hidup itu harus saling mengerti,
memahami, dan memiliki. Beliau bilang “Anak saya, saya larang pacaran diluar
rumahkarena tidak ada pengawasan jadi kalau mau pacran harus didalam rumah agar
ada pengawasan”, kalau kita mengaca pada prinsip Beliau ini, sekarang masing
banyak anak muda yang pacaran sembarangan, padahal Allah melarang kita untuk pacaran sekedar memandang
dengan nafsu saja dilarang karena jatuhnya ke zina mata apalagi orang pacaran yang
berpegangan tangan dll yang mengakibatkan
kondisi yang tidak diinginkan.
Kami
lanjutkan untuk sekadar saling sapapada nenek-nenk di panti tersebut, ada nenek
yang tidak mempunyai mata namun Beliau saat bercerita sangat semangat dan
humoris, “Pokoknya dimanapun tempatnya jaga sholat, berteman baik dengan sesama”
begitu nasihat terakhirnya sebelum kami pulang. Kebanyakan di tempat tersebut
menggunakan kaki roda hanya 2 nenek yang masih sehat dan berjalan masih tegak.
Saat kami akan izin untuk pulang ada salah satu nenek yang bilang “ mau pulang
ta?” seolah-olah enggan melepaskan kami, begitulah orang tua, sebagaimanapun
dia, mereka tetap orang tua kita, tetap orang yang telah melahirkan kita,
merawat kita. Sehingga kita sebagai anak selayaknya berbakti kepada orang tua
kita. Seperti firma Allah “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mere berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Q.S Al
Israa’ 17:24)
Ingat kita bukan siapa-siapa tanpa kedua orang tua kita, maka
selayaknya kita harus menghormati dan berbakti kepada Beliau sampai kapanpun
karena surga berada ditelapak kakinya. Selama kita masih bernyawa dan hidup
bersamanya maka mari bersama-sama untuk menghilangkan kebiasaan kita "ah
atau nanti" ketika beliau menasehati dan menyuruh kita melakukan sesuatu.
Rawatlah beliau saat beliau sudah tak bisa merawatmu. Sesibuk apapun, tengok dan telfonlah
beliau meski untuk sekedar menyapanya saat engkau sedang merantau agar tak cemas
hatinya. Jangan menyesal ketika mereka telah dipanggil oleh sang Pencipta Allah SWT. Jangan sia-siakan waktumu. Ingat sekali lagi Ridha Allah adalah Ridha Orang Tua dan Surga
berada di telapak kaki Ibu. Terimakasih Mamak. Setiap hembus nafasmu adalah
hidupku. J Lets to be a good child and proud have them.